Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Thursday, August 15, 2013

Harus Sampai "Klimaks"

Seminggu mudik di Bandung, rupanya bagi Fay belum cukup. Dia masih ingin memperpanjang liburannya di luar rumah. Setiap ayahnya mau berangkat kantor, dia selalu ingin ikut, sekadar berjalan-jalan mengitari kampung. Dan dia tiada puasnya, terus-terusan, tiada henti.

Hari ini ayahnya Fay ke kantor tidak naik motor seperti biasanya, karena akan mengambil motor yang dititipkan di parkiran kantor. Pulangnya, motor itu dibawa pulang. Tapi Fay keukeuh ingin ikut "beredar". Dia mogok tak mau masuk rumah. Dia terus ngadodoho alias mencari-cari kesempatan, saat kami lengah untuk pergi sendiri. Di wajahnya terlihat tekad untuk melaksanakan rencananya.

Kemarin sih dia masih bisa dibujuk dengan cara diiming-imingi akan dibersihkan telinganya dengan menggunakan korek kuping yang ada lampunya (cetek banget dan tak disangka ya? Hehehe). Hari ini, tentu saja tekniknya harus berbeda. Terbukti, bujukan yang sama tidak berlaku lagi. :(

Setelah Fay ditahan olehku dengan cara dipeluk, barulah ayahnya bisa keluar lewat pintu samping atau pintu garasi dan menguncinya dari luar. Setelah itu, Fay duduk diam di kursi, padahal biasanya dia langsung menguasai laptop saat berada di rumah. Setelah dipastikan pintu depan terkunci dan anak kuncinya kusakui, aku pun ke belakang, dan sibuk mencuci baju, mengepel, dan memasak. Selagi menyiangi sayuran di dapur, Fay muncul dan mencuci tangan di keran. Tapi dia kelihatan kaget melihatku dan kembali lagi ke depan.

Tak lama kemudian dia kembali lagi. Barulah aku ngeh kalau baju kaos yang dikenakannya sudah sobek besar sampai behanya nampak. Dia lari ke kamar mandinya dan terdengar suara kloset disiram. Ketika memburu ke kamar mandi itu, sudah tak nampak apa pun di klosetnya. Ketika aku periksa ke kamar, tak ada bekas sobekan bajunya yang cukup lebar itu.

"Fay, dibuang ke mana ini?" tanyaku, sambil menunjuk bajunya yang sobek. "Ke tempat sampah," jawabnya, kalem. Padahal dia tak ke dapur, di mana tempat sampah berada. "Ayo, tunjukkan ke mana di buangnya!" desakku. Dan dia pun menunjuk ke kloset, yang dianggapnya sebagai tempat sampah. :(

Oya, dengan apa Fay menyobek bajunya? Ternyata cuma menggunakan pulpen. "Canggih" ya? :P

Setelah itu, dia pun tertawa-tawa puas. Dia kembali melakukan kegiatan normalnya: menyalakan dan bermain laptop. Rupanya, dia harus sampai "klimaks" dulu (maksudnya, melakukan keinginan anehnya), dan baru setelah itu dia puas dan tenang kembali, kemudian beraktivitas.

Duh, ini jadi PR buat terapisnya nanti. :P

Labels: , , , ,

2 Comments:

  • At 5:43 AM, Blogger Julie said…

    Saya juga punya keponakan serupa Fay. Ketika dia datang lebaran kemarin saudara-saudaranya yang jarang ketemu sampai nyingkir semua. Pasalnya anak itu lari ke sana-sini. Terus semua orang dipaksa tepuk tangan, habis gitu dikejar-kejar. Kalau nggak dapat beralih ke anak lain sampai ada yang jatuh terduduk dari tangga lantai atas. Repotbya anak itu cuma bengong lihat saudaranya jatuh barang sedetik dan mulai nyari sasaran lain.

    Lihat ibunya saya jadi ingat dik Efin. Dia juga lama berhenti kerja untuk belajar ngerti anaknya. Sekaramh layaknya diterapi sendiri deh. Semoga Allah senantiasa mendampingi dik Efin dan suami ya.

    Maaf lahir batin, walaupun terlambat.

    *salaman*

     
  • At 11:08 AM, Blogger Fay said…

    maaf lahir batin juga ceu julie, dari kami sekeluarga.
    kebayang dong, kemarin waktu lebaran di rumah kakek dan neneknya selalu bikin heboh luar biasa. apalagi ada acara fay menggunting salah satu selimut tebalnya nenek hehehe. tapi nenek gak bisa apa-apa, soalnya ibunya kurang mengawasi fay juga karena ngebantuin nenek di dapur. hahaha

     

Post a Comment

<< Home