Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Sunday, October 14, 2012

Copas dari FB dr Rudy Sutadi

Karena masih banyak yang menanyakan tentang boleh tidaknya anak autistik mengkomsumsi gula, ini saya up load kembali, MOHON DIBACA, lalu ENYAHKAN GULA dari anak autistik kita, jangan MASUKAN RACUN DALAM BADAN ANAK AUTISTIK KITA :

Di samping CFGF diet, anak juga perlu diet gula (Sugar-Free) yaitu tidak diberikan gula dalam bentuk murni ataupun dalam makanan/minuman dari sumber apapun (gula pasir, gula batu/Jawa/aren/kelapa, sirup, madu, sari kurma, dlsb).... Masalahnya dengan pemberian gula ini (disakarida/polisakarida), yaitu adanya sisa-sisa gula dalam saluran perncernaan yang tidak terserap oleh usus, dan yang kemudian menjadi makanan/”pupuk” bagi jamur, sehingga jamur tumbuh berlebihan yang akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut sebagai leaky-gut syndrome, yaitu meningkatnya permeabilitas (daya serap) usus, sehingga bahan-bahan yang seharusnya tidak terserap menjadi terserap (termasuk produk-produk/toksin dari jamur, bakteri, dan parasit) yang akan mengganggu kerja syaraf/otak. Di samping itu juga terbentuk gas-gas yang akan menyebabkan anak menjadi kembung serta adanya colicky-pain.

Gula/karbohidrat yang terdapat dalam makanan (misalnya buah dan sayuran), akan dicerna menjadi glukose dan diabsorbsi secara perlahan, sehingga menghasilkan peningkatan pada gula darah yang bertahap. Sedangkan gula dalam bentuk murni (misalnya gula pasir/batu/Jawa/aren/kelapa) atau dalam bentuk makanan olahan (misalnya biskuit, coklat, dlsb) akan diserap secara cepat, sehingga menyebabkan peningkatan pada gula darah secara cepat/mendadak. Peningkatan cepat/mendadak ini (disebut hiperglikemia) merupakan kejutan bagi pankreas sehingga akan memaksa pankreas memproduksi banyak insulin secara cepat untuk menghadapi glukose darah yang berlebihan ini, sehingga sekitar satu jam kemudian kadar glukose darah malah akan turun drastis yang disebut hipoglikemia, sehingga anak/orang yang bersangkutan perlu kembali mengkonsumsi gula lagi, kemudian siklus roller-coaster gula darah ini akan terulang kembali. Siklus naik turunnya glukose darah dalam waktu singkat ini terbukti menyebabkan berbagai masalah perilaku lainnya. Fase hiperglikemia pada anak autistik akan menyebabkan hiperaktivitas dan stimulasi diri. Sedangkan fase hipoglikemia pada mereka akan menyebabkan mereka merasa tidak karuan, sering disertai sakit kepala, uring-uringan, tantrum, dan lesu
.

Peningkatan gula darah selain hal tersebut di atas, juga akan memicu radikal bebas yang merusak, oxidative stress, dan peradangan. Di samping itu, gula darah yang meningkat dapat berikatan dengan peptida-peptida eksorfin (caseomorfin, gluteomorfin, dll) yang menghasilkan molekul-molekul glikat yang merusak pembuluh-pembuluh darah serta syaraf-syaraf termasuk sel-sel otak.

Tinggi/rendahnya peningkatan gula darah diukur dalam indeks glikemik. Bahan makanan karbohidrat yang telah diproses, termasuk gula, mempunyai indeks glikemik yang tinggi, termasuk juga kentang, wortel yang dimasak, dan kacang-polong. Sebaiknya anak autistik diberi karbohidrat dengan indeks glikemik yang rendah seperti buah dan sayuran, serta sereal. Madu sebenarnya mengandung fruktosa yang mempunyai indeks glikemik rendah, namun dalam pemrosesannya akan merusak enzim-enzim dan bahan-bahan gizi yang dikandungnya, sehingga menyebabkan peningkatan indeks glikemiknya. Beras/nasi putih juga perlu diperhatikan, mungkin perlu dibatasi atau dihindari, dan menggantinya dengan beras merah
.

Selain itu, gula yang dikonsumsi oleh anak autistik akan menyebabkan lingkungan yang seperti lem yang menjadi sarang parasit dan cacing untuk berkembang biak, selain juga seperti “pupuk” bagi bakteri dan jamur untuk tumbuh berlebihan, seperti yang telah diterangkan di atas. Berbagai bahan yang diproduksi oleh jamur, bakteri, cacing, dan parasit akan terserap oleh usus oleh karena adanya leaky-gut syndrome (hiperpermeabilitas usus) yang kemudian akan “meracuni” otak dan syaraf anak autistik. Sehingga pada anak-anak autistik, semakin banyak mereka mengkonsumsi gula, maka semakin “toksik” kondisi mereka. Selain itu juga, penelitian ilmiah belum lama ini membuktikan adanya gangguan/masalah autoimun pada autisme yang disebabkan ketidak-seimbangan sistem imun yaitu overaktivitas Th1 dan penekanan Th2. Hal ini disebabkan oleh gula yang memperlemah fungsi makrofag, sel-sel NK (natural killer), dan sel-sel darah putih lainnya
.

Jadi, restrictive-diet bagi penyandang autistik tidak hanya CFGF, tetapi lengkapnya adalah CFGFSF (Casein-Free, Gluten-Free, dan Sugar-Free) diet.

Labels: ,

6 Comments:

  • At 7:04 PM, Blogger Julie said…

    Oh...., jangan-jangan yang bikin Fay nangis rewel di mobil minggu lalu karena kembung makan gula di kue talas itu ya? Aduh, maafkan kami cantiiiiiikkkkk.........!

     
  • At 8:40 AM, Blogger Fay said…

    ah, ceu julie, itu mah murni kesalahan kami, orangtuanya yang tak bisa mengatur diet fay secara ketat. orang lain kan tidak tahu. :)

     
  • At 9:08 AM, Blogger Julie said…

    Tapi terima kasih udah membuka diri, jadi sekarang kami tahu kalau ketemu dengan Fay mesti mengamankan makanan bergula dan bergluten.

    Salam sehat cantik! Peluk cinta dari uwa!

     
  • At 10:08 AM, Blogger Fay said…

    terima kasih ceu, sudah ikut memikirkan. :)

     
  • At 2:58 PM, Blogger Unknown said…

    Hiks....inget adikku Yoga. Makannya sembarangan, no diet, badannya guendet gede. Kalo ngamuk, papa udah ga kuat megangi :(

     
  • At 7:24 PM, Blogger Fay said…

    iya, saya juga pusing memikirkan bagaimana membuat Fay bisa berdiet secara ketat. sekarang dia sudah besar. sudah semakin sulit diatur makanannya apalagi kalau di jalan atau dalam perjalanan. hiks...

     

Post a Comment

<< Home