Copas dari FB dr Rudy Sutadi
Karena
masih banyak yang menanyakan tentang boleh tidaknya anak autistik
mengkomsumsi gula, ini saya up load kembali, MOHON DIBACA, lalu ENYAHKAN
GULA dari anak autistik kita, jangan MASUKAN RACUN DALAM BADAN ANAK
AUTISTIK KITA :
Di samping CFGF diet, anak juga perlu diet gula
(Sugar-Free) yaitu tidak diberikan gula dalam bentuk murni ataupun
dalam makanan/minuman dari sumber apapun (gula pasir, gula
batu/Jawa/aren/kelapa, sirup, madu, sari kurma, dlsb).... Masalahnya
dengan pemberian gula ini (disakarida/polisakarida), yaitu adanya
sisa-sisa gula dalam saluran perncernaan yang tidak terserap oleh usus,
dan yang kemudian menjadi makanan/”pupuk” bagi jamur, sehingga jamur
tumbuh berlebihan yang akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut
sebagai leaky-gut syndrome, yaitu meningkatnya permeabilitas (daya
serap) usus, sehingga bahan-bahan yang seharusnya tidak terserap menjadi
terserap (termasuk produk-produk/toksin dari jamur, bakteri, dan
parasit) yang akan mengganggu kerja syaraf/otak. Di samping itu juga
terbentuk gas-gas yang akan menyebabkan anak menjadi kembung serta
adanya colicky-pain.
Gula/karbohidrat yang terdapat dalam
makanan (misalnya buah dan sayuran), akan dicerna menjadi glukose dan
diabsorbsi secara perlahan, sehingga menghasilkan peningkatan pada gula
darah yang bertahap. Sedangkan gula dalam bentuk murni (misalnya gula
pasir/batu/Jawa/aren/kelapa) atau dalam bentuk makanan olahan (misalnya
biskuit, coklat, dlsb) akan diserap secara cepat, sehingga menyebabkan
peningkatan pada gula darah secara cepat/mendadak. Peningkatan
cepat/mendadak ini (disebut hiperglikemia) merupakan kejutan bagi
pankreas sehingga akan memaksa pankreas memproduksi banyak insulin
secara cepat untuk menghadapi glukose darah yang berlebihan ini,
sehingga sekitar satu jam kemudian kadar glukose darah malah akan turun
drastis yang disebut hipoglikemia, sehingga anak/orang yang bersangkutan
perlu kembali mengkonsumsi gula lagi, kemudian siklus roller-coaster
gula darah ini akan terulang kembali. Siklus naik turunnya glukose darah
dalam waktu singkat ini terbukti menyebabkan berbagai masalah perilaku
lainnya. Fase hiperglikemia pada anak autistik akan menyebabkan
hiperaktivitas dan stimulasi diri. Sedangkan fase hipoglikemia pada
mereka akan menyebabkan mereka merasa tidak karuan, sering disertai
sakit kepala, uring-uringan, tantrum, dan lesu
.
Peningkatan gula darah selain hal tersebut di atas, juga akan memicu
radikal bebas yang merusak, oxidative stress, dan peradangan. Di samping
itu, gula darah yang meningkat dapat berikatan dengan peptida-peptida
eksorfin (caseomorfin, gluteomorfin, dll) yang menghasilkan
molekul-molekul glikat yang merusak pembuluh-pembuluh darah serta
syaraf-syaraf termasuk sel-sel otak.
Tinggi/rendahnya
peningkatan gula darah diukur dalam indeks glikemik. Bahan makanan
karbohidrat yang telah diproses, termasuk gula, mempunyai indeks
glikemik yang tinggi, termasuk juga kentang, wortel yang dimasak, dan
kacang-polong. Sebaiknya anak autistik diberi karbohidrat dengan indeks
glikemik yang rendah seperti buah dan sayuran, serta sereal. Madu
sebenarnya mengandung fruktosa yang mempunyai indeks glikemik rendah,
namun dalam pemrosesannya akan merusak enzim-enzim dan bahan-bahan gizi
yang dikandungnya, sehingga menyebabkan peningkatan indeks glikemiknya.
Beras/nasi putih juga perlu diperhatikan, mungkin perlu dibatasi atau
dihindari, dan menggantinya dengan beras merah
.
Selain
itu, gula yang dikonsumsi oleh anak autistik akan menyebabkan lingkungan
yang seperti lem yang menjadi sarang parasit dan cacing untuk
berkembang biak, selain juga seperti “pupuk” bagi bakteri dan jamur
untuk tumbuh berlebihan, seperti yang telah diterangkan di atas.
Berbagai bahan yang diproduksi oleh jamur, bakteri, cacing, dan parasit
akan terserap oleh usus oleh karena adanya leaky-gut syndrome
(hiperpermeabilitas usus) yang kemudian akan “meracuni” otak dan syaraf
anak autistik. Sehingga pada anak-anak autistik, semakin banyak mereka
mengkonsumsi gula, maka semakin “toksik” kondisi mereka. Selain itu
juga, penelitian ilmiah belum lama ini membuktikan adanya
gangguan/masalah autoimun pada autisme yang disebabkan
ketidak-seimbangan sistem imun yaitu overaktivitas Th1 dan penekanan
Th2. Hal ini disebabkan oleh gula yang memperlemah fungsi makrofag,
sel-sel NK (natural killer), dan sel-sel darah putih lainnya
.
Jadi, restrictive-diet bagi penyandang autistik tidak hanya CFGF,
tetapi lengkapnya adalah CFGFSF (Casein-Free, Gluten-Free, dan
Sugar-Free) diet.
posted by Fay @ 3:27 PM
6 Comments:
At 7:04 PM, Julie said…
Oh...., jangan-jangan yang bikin Fay nangis rewel di mobil minggu lalu karena kembung makan gula di kue talas itu ya? Aduh, maafkan kami cantiiiiiikkkkk.........!
At 8:40 AM, Fay said…
ah, ceu julie, itu mah murni kesalahan kami, orangtuanya yang tak bisa mengatur diet fay secara ketat. orang lain kan tidak tahu. :)
At 9:08 AM, Julie said…
Tapi terima kasih udah membuka diri, jadi sekarang kami tahu kalau ketemu dengan Fay mesti mengamankan makanan bergula dan bergluten.
Salam sehat cantik! Peluk cinta dari uwa!
At 10:08 AM, Fay said…
terima kasih ceu, sudah ikut memikirkan. :)
At 2:58 PM, Unknown said…
Hiks....inget adikku Yoga. Makannya sembarangan, no diet, badannya guendet gede. Kalo ngamuk, papa udah ga kuat megangi :(
At 7:24 PM, Fay said…
iya, saya juga pusing memikirkan bagaimana membuat Fay bisa berdiet secara ketat. sekarang dia sudah besar. sudah semakin sulit diatur makanannya apalagi kalau di jalan atau dalam perjalanan. hiks...
Post a Comment
<< Home