Aku Perlu Segera Punya SIM C Nih!
Senin adalah hari giliranku menjemput Fay dari sekolahnya. Seperti
biasa aku naik motor sampai Stasiun Citayam. Kutitipkan motorku di
penitipan motor belakang stasiun kereta, kemudian aku sambung dengan
angkot sampai ke Simpangan Depok.
Seperti biasanya pula, Fay memegang iPod yang diperoleh dari ayahnya. Iya, ipod milik ayahnya itu sengaja kami peruntukkan buat Fay. Tadinya aku pikir itu akan baik buat Fay, karena selain ada game angry bird, juga ada kameranya. Fay senang menggunakan kameranya untuk memotret. Kupikir siapa tahu Fay berbakat dalam fotografi, iPod ini bisa menjadi alat pertama Fay dalam karir fotografinya. :D Lagipula, biar dia anteng selama dalam perjalanan naik angkot.
Tapi ternyata, objek foto Fay di luar dugaan kami. Dia cuma tertarik memotret kemasan rokok, dan segala macam yang berhubungan dengan rokok, seperti pemantik api. Repotnya, dia selalu memaksakan kehendaknya, termasuk untuk mampir ke warung atau toko, hanya untuk memotret rokok yang terpajang di etalase. Cara dia memaksa "sungguh kreatif". Kadang dia pura-pura minta dibelikan minuman atau tisu. Padahal, tujuannya hanya untuk memotret rokok. Ini cukup memusingkan kami, karena dia itu suka main nyelonong aja.
Senin pekan lalu, 27 Mei. Ketika tiba di Stasiun Citayam, kami langsung ke penitipan motor di belakang stasiun dengan berjalan kaki. Tiba-tiba Fay lari tanpa bisa ditahan, masuk ke dalam toko yang ada penjaganya. Penjaga toko yang sedang minum kopi panas itu ditabrak Fay, yang hanya fokus pada rokok. Dan ... byur! Kopi pun tumpah ke mana-mana, membasahi beberapa gulungan sampul buku yang dijual di situ.
Dengan menahan malu aku minta maaf dan membayar kerugian yang ditimbulkan Fay. Reaksi Fay? Seperti biasa, dia cuek aja. Ia asik memotreti rokok di pajangan yang ada di dalam.
Dengan pengalaman seperti itu, kami memutuskan untuk tidak mengizinkan lagi Fay membawa iPod ketika dalam perjalanan.
Nah, Senin hari ini (3 Juni), kami melakukan perjalanan sama seperti pekan lalu. Kendati Fay tak sedang memegang iPod, aku memagang tangannya erat-erat, agar tidak nyelonong ke warung atau toko.
Benar saja, ketika melewati toko, Fay mencoba memaksa masuk ke toko itu. Tapi karena aku sudah bersiaga, Fay tak bisa menginjakkan kakinya di toko itu. Terjadilah tarik-tarikan di sana, sampai menarik perhatian banyak tukang ojek di sana. Tapi aku tak peduli. Fay harus tau bahwa dia tak boleh melanggar hak milik orang lain dan mengganggu kenyamanan orang lain.
Tampaknya, aku harus segera mengurus SIM C (SIM untuk sepeda motor), agar aku bisa menjemput Fay langsung ke sekolah, tanpa harus menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan dengan angkot dan berjalan kaki, yang memberi peluang bagi Fay untuk memaksa mampir ke tempat rokok berada.
Seperti biasanya pula, Fay memegang iPod yang diperoleh dari ayahnya. Iya, ipod milik ayahnya itu sengaja kami peruntukkan buat Fay. Tadinya aku pikir itu akan baik buat Fay, karena selain ada game angry bird, juga ada kameranya. Fay senang menggunakan kameranya untuk memotret. Kupikir siapa tahu Fay berbakat dalam fotografi, iPod ini bisa menjadi alat pertama Fay dalam karir fotografinya. :D Lagipula, biar dia anteng selama dalam perjalanan naik angkot.
Tapi ternyata, objek foto Fay di luar dugaan kami. Dia cuma tertarik memotret kemasan rokok, dan segala macam yang berhubungan dengan rokok, seperti pemantik api. Repotnya, dia selalu memaksakan kehendaknya, termasuk untuk mampir ke warung atau toko, hanya untuk memotret rokok yang terpajang di etalase. Cara dia memaksa "sungguh kreatif". Kadang dia pura-pura minta dibelikan minuman atau tisu. Padahal, tujuannya hanya untuk memotret rokok. Ini cukup memusingkan kami, karena dia itu suka main nyelonong aja.
Senin pekan lalu, 27 Mei. Ketika tiba di Stasiun Citayam, kami langsung ke penitipan motor di belakang stasiun dengan berjalan kaki. Tiba-tiba Fay lari tanpa bisa ditahan, masuk ke dalam toko yang ada penjaganya. Penjaga toko yang sedang minum kopi panas itu ditabrak Fay, yang hanya fokus pada rokok. Dan ... byur! Kopi pun tumpah ke mana-mana, membasahi beberapa gulungan sampul buku yang dijual di situ.
Dengan menahan malu aku minta maaf dan membayar kerugian yang ditimbulkan Fay. Reaksi Fay? Seperti biasa, dia cuek aja. Ia asik memotreti rokok di pajangan yang ada di dalam.
Dengan pengalaman seperti itu, kami memutuskan untuk tidak mengizinkan lagi Fay membawa iPod ketika dalam perjalanan.
Nah, Senin hari ini (3 Juni), kami melakukan perjalanan sama seperti pekan lalu. Kendati Fay tak sedang memegang iPod, aku memagang tangannya erat-erat, agar tidak nyelonong ke warung atau toko.
Benar saja, ketika melewati toko, Fay mencoba memaksa masuk ke toko itu. Tapi karena aku sudah bersiaga, Fay tak bisa menginjakkan kakinya di toko itu. Terjadilah tarik-tarikan di sana, sampai menarik perhatian banyak tukang ojek di sana. Tapi aku tak peduli. Fay harus tau bahwa dia tak boleh melanggar hak milik orang lain dan mengganggu kenyamanan orang lain.
Tampaknya, aku harus segera mengurus SIM C (SIM untuk sepeda motor), agar aku bisa menjemput Fay langsung ke sekolah, tanpa harus menitipkan motor dan melanjutkan perjalanan dengan angkot dan berjalan kaki, yang memberi peluang bagi Fay untuk memaksa mampir ke tempat rokok berada.
4 Comments:
At 4:12 AM, Julie said…
Setuju dik, kalau nggak langsung ke rumah dikhawatirkan terjadi lagi hal serupa. Untuk itu kayaknya sepanjang dik Effin belum dapat SIM harus nyewa angkot dulu supaya bisa langsung pulang. Memang ongkosnya mahal tapi sementara waktu jadi aman. Iya nggak sih?!
Selamat mendampingi putrinda ya dik, Allah pasti mendampingi juga dengan segala Kebaikan KuasaNya persis seperti waktu dia lari ke Penggilingan sendirian tempo hari.
At 8:20 AM, eka said…
Semangat,Ibu bikin SIM C. btw,di motor Fay sudah terbiasa kalem,Bu?Semangat juga buat,Fay.
At 9:35 AM, Fay said…
ceu julie: nuhun sarannya. kami pertimbangkan. :D
nyuhunkeun piduana we... :)
At 9:36 AM, Fay said…
eka: hiks, masih harus selalu diperingatkan. terima kasih dorongan semangatnya. :)
Post a Comment
<< Home