Naik Turun Selera Makan Fay
Ketika tiba saatnya Fay mendapat makanan tambahan, mulailah timbul masalah. Fay sama sekali tak mau mencicipi makanan tambahan itu. Mulai dari makanan bayi instan, masakan ibunya sendiri, bahkan jus buah-buahan, satu pun tak ada yang bisa membangkitkan selera makan Fay. Dia sama sekali tak mau buka mulut!
Tapi karena berat badannya masih termasuk "zona hijau", sesuai KMS (Kartu Menuju Sehat), aku belum begitu khawatir. Apalagi ASI masih terus kuberikan. Sambil aku tetap berusaha setiap hari memberikan makanan tambahan, walau sering terbuang sia-sia. Aku juga membelikan alat makan yang lucu-lucu, biar Fay tertarik untuk makan.
Aku juga membeli buku resep karya ahli gizi Tuti Sunardi. Enak-enang banget memang resepnya. Aku orang dewasa saja merasakan enak ketika mencicipinya. Tapi ini tak berpengaruh banyak buat Fay. Dan buku resep yang bagus itu rusak, setelah diguyur Fay pake susu, hingga lengket dan sulit dibuka. Rusak deh, nggak bisa dimanfaatkan lagi.
Ketika sudah saatnya memakan makanan padat... waaa! Nasi yang bisa masuk ke mulutnya cuma dalam hitungan jari. Huwaaa... Stres deh ibunya... Tapi bagusnya ASI nih, biarpun berat badan Fay sampai ke "zona hijau muda", bahkan hampir menyentuh "zona kuning", di KMS, fay masih kelihatan sehat dan lincah.
Karena khawatir, aku bawa Fay ke Prof Agus, dokter ahli gizi, atas rekomendasi seorang temanku di sebuah RS di Bekasi. Waktu itu kami masih tinggal di rumah ortuku di Penggilingan, Jakarta Timur. Jadi dekat lah ke Bekasi.
Pak dokter itu bilang, "Masakan ibunya nggak enak kali!" Weks... enak banget dok, masakan saya. Sumpah deh! Tapi ini cuma dalam hati menjawabnya. Hehehe.
Sayangnya, cuma sekali itu konsultasi dilakukan. Bukan tersinggung sama dokternya. Aku tahu kok, dokter gondrong yang penuh uban itu cuma becanda. He...he...he.
Tak lama setelah itu, kami pindah ke Sasakpanjang, Kabupaten Bogor. Kejauhan lah kalau ke Bekasi. Aku sempat membawa Fay ke Poli Anak RSCM Bagian Gizi. Salah seorang dokter berkomentar menyebalkan sekali; "Emang nggak dikasih makan, apa?" Padahal setelah itu dia sadar salah menimbang berat Fay (tekor satu kilogram). Dia --dokter perempuan yang masih muda itu-- juga nggak bisa ngasih solusi apa-apa.
Yang aku sesalkan itu, gara-gara susah makan, sebelum berusia genap 2 tahun, Fay sudah kusapih. Aku berharap, dengan lepas ASI, Fay mau makan. Ternyata... keputusan itu salah besar! ASI lepas, makan tetap nggak mau! Hu hu hu... Hiks hiks!
Nasihat yang jitu justru aku dapat dari psikiaternya Fay, dr. Ika. Ia menyarankan mengatur jadwal makan Fay secara ketat; 4 jam sekali. Jadi setiap hari aku harus taat pada jam makan Fay. Ketika start makan, aku lihat jam. Paling lama 1 jam. Dimakan nggak dimakan, selesai nggak selesai, habis nggak habis, piring harus diangkat.
Dari mulai angkat piring, aku harus menghitung 4 jam ke depan untuk menghidangkan makanan lagi. Tak boleh ada selingan makanan apa pun! Kalau ada yang diinginkannya (misalnya cemilan), harus diberikan setelah makan. Begitu selanjutnya. Alhamdulillah, berhasil!
Tapi keberhasilan ini dengan catatan. Fay masih sulit mengunyah nasi. Jadi, kalau dia mulai malas makan, nasi, lauk pauk, serta sayuran (aku selalu berikan sayur berkuah), aku blender semua. Aku cekokin dia. Tapi dia mau loh... hehehe. Itu dilakukan sampai Fay berumur 4 tahun (diberi nasi dan lauknya yang diblender halus).
Setelah itu, selera makan Fay lancar jaya, karena dalam nasinya aku selalu sertakan lauk yang bervariasi. Dia mengenal rasa daging, ayam, udang, cumi, tuna, dan apa saja yang dia doyan. Bahkan, lele pun dia doyan.
Sekarang Fay pemilih sekali! Udang, cumi, tuna, dan ikan laut lainnya yang dulu jadi favoritnya, sekarang ditolaknya mentah-mentah. Telur juga dia anti sekarang. Cuma kalau saya bikin perkedel ayam, dia tak curiga kalau salah satu komponennya itu telur!
Mantan shadow teachernya sampai kaget waktu diceritain kalau Fay sekarang tak sudi makan udang, cumi, dll. "Lho, Fay dulu gampang sekali makannya. Apa saja dia mau," katanya dengan nada heran.
Setiap hari, Fay berada di sekolah sampai sekitar jam 3 sore. Jadi, makan siang dilakukan di sekolah. Fay diikutkan katering sekolah, biar Fay bisa merasakan macam-macam menu masakan, bukan cuma masakan ibunya.
Aku malah jadi pusing dibuatnya. Sayuran pun, yang sebelumnya tak pernah dia tolak, sakarang beberapa jenis dia tolak. Padahal dulu shadownya sering laporan, Fay makan sayuran lahap sekali. Bahkan saat teman-temannya tak doyan sayur, Fay malah mengambil banyak-banyak.
Ada apa ini? Ada apa ini? Hormon ABG kah yang harus disalahkan?
Labels: Fay, selera makan
0 Comments:
Post a Comment
<< Home