Gigi Fay (Ternyata) Bagus-bagus
Semasa
batita, Fay susah banget untuk disikat giginya. Padahal sudah pake
sikat gigi khusus bayi. Dia sama sekali nggak mau buka mulut. Walah,
padahal waktu itu kan lagi hangat-hangatnya Reformasi. Semua orang bisa
"buka mulut". Eeh... malah Fay gak mau buka mulut. . Hehehe.
Aku coba cara lain, pake kain lembut biar gusi dan giginya terawat. Susah juga ternyata. Pelan-pelan, rutin, aku selalu usahakan membersihkan giginya, dengan susah payah! Hhhhmmm capede....
Upayaku membuahkah hasil. Sekarang Fay sudah mau disikat giginya. Dia juga bisa sikat gigi sendiri, rutin dua sampai tiga kali sehari. Tapi aku nggak pernah percaya hasilnya. Setelah dia sikat gigi, selalu kuperiksa, lalu aku sikat kembali. Hehehe.
Sewaktu berumur 6 tahunan, gigi Fay mulai tanggal. Ada yang sudah goyang, tapi belum copot juga. Lamaaa, nggak copot-copot. Sampai gigi baru mulai tumbuh di bawahnya. Takut gigi barunya tumbuh tidak normal, kami bawa Fay ke dokter gigi. Meski menolak buka mulut, dicabutlah gigi yang sudah goyang itu, setelah diberi "bius dingin" yang dibubuhkan di kapas. Huwaaaaa, Fay ngamuk....!
Kejadian itu sempat membuat Fay trauma ke dokter gigi. Tapi lama-lama pengalaman traumatis itu memudar juga. Beberapa waktu lalu, dia sibuk mengorek-ngorek giginya dengan benang gigi, sambil terus berceloteh, "Ibu, Fay mau ke dokter gigi!". Kami khawatir juga. Takutnya ada gigi Fay yang bolong, lalu menimbulkan rasa sakit. Selain itu, kami merasa kok Fay agak bau mulutnya.
Ahad sore, 20 Februari 2011, kami pun pergi ke dokter gigi di klinik langganan. Setelah ditelepon, kebetulan ada dokter gigi praktek jam 5 sore itu. Berangkatlah kami bertiga ke klinik menunggang si Tornie.
Kami ternyata datang terlalu awal. Baru setengah lima sudah sampai di sana. "Silakan menunggu dulu Bu, dokternya baru datang jam lima lebih", kata seorang suster, yang tampaknya masih dalam masa training (tampak dari seragam putih-hitamnya).
Oke deh, daripada bete nunggu lama, aku bawa Fay ke salon dulu, untuk merapikah rambut Fay yang sudah "ancur-ancuran" akibat sering diguntingi sendiri.
Habis dari salon, tak lama menunggu, Fay langsung dipanggil sebagai pasien pertama. Ternyata, kata dokter, gigi Fay bagus-bagus semua. Tak ada satu pun yang bolong. "Mungkin bau mulutnya dari lambung," kata dokter gigi yang masih muda dan ganteng itu, sambil menuliskan resep obat mag sirup dan obat kumur.
Hmm, bagus deh. Ternyata ada juga miripnya Fay dengan diriku. Giginya bagus! Alhamdulillah, sampai sekarang aku tak tahu bagaimana rasanya sakit gigi. Jadi aku memang tak dapat menghayati bagaimana orang sakit gigi. Hehehe.
Mudah-mudahan Fay juga tak pernah mengalami sakit gigi. Soalnya ayahnya kan pelanggan dokter gigi, kayaknya menderita banget deh kalo lagi sakit gigi. Terutama kalo ada yang harus dicabut. Selain itu, bayarnya muahal banget!
Suster yang menerima resep sampai nanya, "tadi di dokter gigi diapain aja?". Soalnya dr gigi kok kasih resep obat mag. hehehe.
Cerita gigi Fay sebelumnya: http://tianarief.multiply.com/links/item/290/Fay_Gigi_Tanggal
Aku coba cara lain, pake kain lembut biar gusi dan giginya terawat. Susah juga ternyata. Pelan-pelan, rutin, aku selalu usahakan membersihkan giginya, dengan susah payah! Hhhhmmm capede....
Upayaku membuahkah hasil. Sekarang Fay sudah mau disikat giginya. Dia juga bisa sikat gigi sendiri, rutin dua sampai tiga kali sehari. Tapi aku nggak pernah percaya hasilnya. Setelah dia sikat gigi, selalu kuperiksa, lalu aku sikat kembali. Hehehe.
Sewaktu berumur 6 tahunan, gigi Fay mulai tanggal. Ada yang sudah goyang, tapi belum copot juga. Lamaaa, nggak copot-copot. Sampai gigi baru mulai tumbuh di bawahnya. Takut gigi barunya tumbuh tidak normal, kami bawa Fay ke dokter gigi. Meski menolak buka mulut, dicabutlah gigi yang sudah goyang itu, setelah diberi "bius dingin" yang dibubuhkan di kapas. Huwaaaaa, Fay ngamuk....!
Kejadian itu sempat membuat Fay trauma ke dokter gigi. Tapi lama-lama pengalaman traumatis itu memudar juga. Beberapa waktu lalu, dia sibuk mengorek-ngorek giginya dengan benang gigi, sambil terus berceloteh, "Ibu, Fay mau ke dokter gigi!". Kami khawatir juga. Takutnya ada gigi Fay yang bolong, lalu menimbulkan rasa sakit. Selain itu, kami merasa kok Fay agak bau mulutnya.
Ahad sore, 20 Februari 2011, kami pun pergi ke dokter gigi di klinik langganan. Setelah ditelepon, kebetulan ada dokter gigi praktek jam 5 sore itu. Berangkatlah kami bertiga ke klinik menunggang si Tornie.
Kami ternyata datang terlalu awal. Baru setengah lima sudah sampai di sana. "Silakan menunggu dulu Bu, dokternya baru datang jam lima lebih", kata seorang suster, yang tampaknya masih dalam masa training (tampak dari seragam putih-hitamnya).
Oke deh, daripada bete nunggu lama, aku bawa Fay ke salon dulu, untuk merapikah rambut Fay yang sudah "ancur-ancuran" akibat sering diguntingi sendiri.
Habis dari salon, tak lama menunggu, Fay langsung dipanggil sebagai pasien pertama. Ternyata, kata dokter, gigi Fay bagus-bagus semua. Tak ada satu pun yang bolong. "Mungkin bau mulutnya dari lambung," kata dokter gigi yang masih muda dan ganteng itu, sambil menuliskan resep obat mag sirup dan obat kumur.
Hmm, bagus deh. Ternyata ada juga miripnya Fay dengan diriku. Giginya bagus! Alhamdulillah, sampai sekarang aku tak tahu bagaimana rasanya sakit gigi. Jadi aku memang tak dapat menghayati bagaimana orang sakit gigi. Hehehe.
Mudah-mudahan Fay juga tak pernah mengalami sakit gigi. Soalnya ayahnya kan pelanggan dokter gigi, kayaknya menderita banget deh kalo lagi sakit gigi. Terutama kalo ada yang harus dicabut. Selain itu, bayarnya muahal banget!
Suster yang menerima resep sampai nanya, "tadi di dokter gigi diapain aja?". Soalnya dr gigi kok kasih resep obat mag. hehehe.
Cerita gigi Fay sebelumnya: http://tianarief.multiply.com/links/item/290/Fay_Gigi_Tanggal
0 Comments:
Post a Comment
<< Home