Serasa Lumpuh
Hari
ini, Sabtu 5 Februari 2011, kami sekeluarga jalan-jalan ke toko buku
Gramedia, Margonda Depok. Seperti biasa, kalau pergi bertiga ke daerah
perkotaan --yang pasti ada polantasnya-- kami naik motor bertiga hanya
sampai Stasiun Citayam. Lalu aku melanjutkan perjalanan naik KRL. Tadi
aku turun di Stasiun Pondok Cina, dan berjalan kaki ke Gramedia.
Sedangkan Fay dan ayahnya meneruskan naik motor sampai ke Gramedia. Kami
janjian ketemu di sana.
Sesampainya kami di stasiun Citayam, Fay ribut minta mi ayam. Aku dan suamiku bilang: "nanti saja Fay, di Gramedia ada Es Teler 77. Di sana ada mi ayamnya," dengan jelas dan detil, sesuai anjuran bu Ifa, psikolog di sekolah Fay.
Kupikir Fay akan mengerti, dan tak akan jadi masalah. Kupikir tak akan terjadi apa-apa. Kupikir Fay bisa menahan diri sedikit. Kupikir mereka berdua akan baik-baik saja.
Dengan tenang aku ke loket membeli tiket kereta AC ekonomi, yang datang paling dulu. Tapi... ketika aku masih di dalam kereta yang baru sampai di Stasiun Depok Lama, suamiku meneleponku. Suaranya panik.
"Ibu sudah dimana? Ayah masih di depan Perumahan Permata Depok II. Fay melepas BH-nya dan melemparkannya ke tengah jalan. Semua orang yang melihatnya menertawakan. Sudah ayah ambil lagi. Biar nanti dipakaikan di toilet."
Aku tercekat, tak tahu harus merespon bagaimana. Aku serasa lumpuh! Diriku serasa lumpuh. Hatiku serasa lumpuh. Jiwaku serasa lumpuh.
Fay menghukum kami karena tidak segera melaksanakan keinginannya, dengan caranya sendiri. Cara yang begitu ekstrim...
Sesampainya kami di stasiun Citayam, Fay ribut minta mi ayam. Aku dan suamiku bilang: "nanti saja Fay, di Gramedia ada Es Teler 77. Di sana ada mi ayamnya," dengan jelas dan detil, sesuai anjuran bu Ifa, psikolog di sekolah Fay.
Kupikir Fay akan mengerti, dan tak akan jadi masalah. Kupikir tak akan terjadi apa-apa. Kupikir Fay bisa menahan diri sedikit. Kupikir mereka berdua akan baik-baik saja.
Dengan tenang aku ke loket membeli tiket kereta AC ekonomi, yang datang paling dulu. Tapi... ketika aku masih di dalam kereta yang baru sampai di Stasiun Depok Lama, suamiku meneleponku. Suaranya panik.
"Ibu sudah dimana? Ayah masih di depan Perumahan Permata Depok II. Fay melepas BH-nya dan melemparkannya ke tengah jalan. Semua orang yang melihatnya menertawakan. Sudah ayah ambil lagi. Biar nanti dipakaikan di toilet."
Aku tercekat, tak tahu harus merespon bagaimana. Aku serasa lumpuh! Diriku serasa lumpuh. Hatiku serasa lumpuh. Jiwaku serasa lumpuh.
Fay menghukum kami karena tidak segera melaksanakan keinginannya, dengan caranya sendiri. Cara yang begitu ekstrim...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home