Anaknya Bayar Bu?
Minggu
sore, kami jalan-jalan ke ITC Depok untuk membeli beberapa barang
keperluan buat Fay. Kami bertiga naik motor sampai Citayam, lalu
menitipkan si Tornie di penitipan motor. Perjalanan dilanjutkan dengan
naik angkot 05.
Pulangnya kami menyeberang lewat jembatan penyebrangan dan nyegat angkot dari depan Plaza Depok. Di angkot 05 menuju Citayam itu kami duduk berjejer. paling ujung belakang Fay, disusul aku, lalu suamiku. Setelah itu, penumpang lainnya naik satu per satu sampai angkot penuh.
Di jalan raya Citayam, saat ada seorang penumpang akan naik, tiba-tiba sopir bertanya (entah ditujukan pada siapa): "Bu, anaknya bayar gak?". Biasanya pertanyaan itu diajukan pada penumpang yang bawa anak kecil untuk memastikan anak itu dihitung mengambil tempat duduk sendiri dan membayar penuh. Kalau tidak, anaknya biasanya dipangku oleh orangtuanya.
Aku tengak-tengok, memperhatikan para penumpang satu-persatu. Cuma ada seorang ibu muda yang membawa balita, dan itupun sudah dipangkunya. Ketika aku melirik Fay, barulah aku tersadar, bahwa yang dimaksud sopir adalah Fay. Wakks..
Spontan aku menjawab (karena menduga yang dimaksud di sopir itu Fay): "Ya iyalah bayar, anaknya udah gede gini, tinggian dia lagi!" Gimana si abang sopir itu, gak liat apa segitu menjulangnya Fay!
Pulangnya kami menyeberang lewat jembatan penyebrangan dan nyegat angkot dari depan Plaza Depok. Di angkot 05 menuju Citayam itu kami duduk berjejer. paling ujung belakang Fay, disusul aku, lalu suamiku. Setelah itu, penumpang lainnya naik satu per satu sampai angkot penuh.
Di jalan raya Citayam, saat ada seorang penumpang akan naik, tiba-tiba sopir bertanya (entah ditujukan pada siapa): "Bu, anaknya bayar gak?". Biasanya pertanyaan itu diajukan pada penumpang yang bawa anak kecil untuk memastikan anak itu dihitung mengambil tempat duduk sendiri dan membayar penuh. Kalau tidak, anaknya biasanya dipangku oleh orangtuanya.
Aku tengak-tengok, memperhatikan para penumpang satu-persatu. Cuma ada seorang ibu muda yang membawa balita, dan itupun sudah dipangkunya. Ketika aku melirik Fay, barulah aku tersadar, bahwa yang dimaksud sopir adalah Fay. Wakks..
Spontan aku menjawab (karena menduga yang dimaksud di sopir itu Fay): "Ya iyalah bayar, anaknya udah gede gini, tinggian dia lagi!" Gimana si abang sopir itu, gak liat apa segitu menjulangnya Fay!
0 Comments:
Post a Comment
<< Home