Fay Nggak Pulang Semalam
Kemarin, rencananya suami mau ke Grand Indonesia (GI), ikut kopdar MP sama Ibu Pres
dan teman-teman lainnya. Sudah direncanakan, setelah jemput Fay dari
sekolah sekitar dzuhur, suami bisa langsung "kabur" ke GI. "Kerja sih
nomor 10," canda suamiku, sambil nyengir.
Ternyata, Ibu Diana, guru pendamping Fay, meng-SMS, kalau Fay mau diajak pulang ke rumahnya untuk berlatih meniup pianika. Soalnya, besok mau ujian praktek SBK (seni, budaya, dan kerajinan).
Akhirnya, rencana pun sedikit berubah. Suami pulang langsung ke rumah --setelah mampir ke gerai HP di Plaza Depok-- sekitar jam setengah dua siang. Dipikir-pikir, kalau menjemput Fay dari rumah Bu Diana, kayaknya nggak mungkin (nggak cukup waktunya). "Biar Fay nginep di rumah Bu Diana."
Selain itu, pengalaman sebelumnya, Fay susah sekali diajak pulang, apalagi sore-sore dari rumah Bu Diana. Dia inginnya nginep di sana.
Lalu, diputuskanlah Fay menginap di sana. Baju dan keperluan lainnya, diantarkan ke rumah Bu Diana di Cibinong. Setelah itu, langsung ke GI. Kebayang jauhnya, Cibinong-GI (di dekat Bunderan HI). Sebelum ke Cibinong, suami musti menyelesaikan pekerjaannya dulu mengapdet berita (loh, katanya pekerjaan nomor 10? ).
Aku pikir, rencananya berjalan lancar. Aku sampai bikin status di FB segala: "home alone." Bahkan, aku mereply di FB-nya Dian Cambai (Dian Iskandar), bahwa suami sudah berangkat menuju GI. Bahkan, selagi baca-baca replyan Nita Febri, aku pikir suamiku sudah di sana. Minimal sedang dalam perjalanan.
Tak lama setelah adzan magrib berkumandang, sudah terdengar lagi suara motor suami di halaman. Aku sambut dia dengan pertanyaan: "Gak jadi ya?"
"Loh kok tau?" ujar suamiku. "Ya iya lah," jawabku. Kan acaranya jam 16-18. Nggak mungkin secepat itu kembali. Pasti setelah acara ada ngobrol-ngobrol, makan-makan, foto-foto, dll.
Akhirnya, meluncurlah cerita dari suami, kalau waktunya sangat tidak cukup. Bayangkan saja, jam 16.30 masih berada di Cibinong. Perjalanan ke GI dengan motor, bisa ditempuh dalam waktu 2 sampai 2,5 jam. Paling kalau dipaksakan berangkat, sampai GI, orang-orang sudah bubar.
Ternyata, Ibu Diana, guru pendamping Fay, meng-SMS, kalau Fay mau diajak pulang ke rumahnya untuk berlatih meniup pianika. Soalnya, besok mau ujian praktek SBK (seni, budaya, dan kerajinan).
Akhirnya, rencana pun sedikit berubah. Suami pulang langsung ke rumah --setelah mampir ke gerai HP di Plaza Depok-- sekitar jam setengah dua siang. Dipikir-pikir, kalau menjemput Fay dari rumah Bu Diana, kayaknya nggak mungkin (nggak cukup waktunya). "Biar Fay nginep di rumah Bu Diana."
Selain itu, pengalaman sebelumnya, Fay susah sekali diajak pulang, apalagi sore-sore dari rumah Bu Diana. Dia inginnya nginep di sana.
Lalu, diputuskanlah Fay menginap di sana. Baju dan keperluan lainnya, diantarkan ke rumah Bu Diana di Cibinong. Setelah itu, langsung ke GI. Kebayang jauhnya, Cibinong-GI (di dekat Bunderan HI). Sebelum ke Cibinong, suami musti menyelesaikan pekerjaannya dulu mengapdet berita (loh, katanya pekerjaan nomor 10? ).
Aku pikir, rencananya berjalan lancar. Aku sampai bikin status di FB segala: "home alone." Bahkan, aku mereply di FB-nya Dian Cambai (Dian Iskandar), bahwa suami sudah berangkat menuju GI. Bahkan, selagi baca-baca replyan Nita Febri, aku pikir suamiku sudah di sana. Minimal sedang dalam perjalanan.
Tak lama setelah adzan magrib berkumandang, sudah terdengar lagi suara motor suami di halaman. Aku sambut dia dengan pertanyaan: "Gak jadi ya?"
"Loh kok tau?" ujar suamiku. "Ya iya lah," jawabku. Kan acaranya jam 16-18. Nggak mungkin secepat itu kembali. Pasti setelah acara ada ngobrol-ngobrol, makan-makan, foto-foto, dll.
Akhirnya, meluncurlah cerita dari suami, kalau waktunya sangat tidak cukup. Bayangkan saja, jam 16.30 masih berada di Cibinong. Perjalanan ke GI dengan motor, bisa ditempuh dalam waktu 2 sampai 2,5 jam. Paling kalau dipaksakan berangkat, sampai GI, orang-orang sudah bubar.
0 Comments:
Post a Comment
<< Home