Meninggalkan Fay dalam Pengawasan Ayah
Kemarin
kami bertiga menjenguk Apih (kakek)-nya Fay di rumah sakit. Kebetulan
ketika aku sampai di RS (aku naik KRL, Fay dan ayahnya naik motor --dan
aku tiba duluan di RS), ayahku baru masuk ruang operasi untuk
dibersihkan luka bakarnya di lantai 3.
Ketika Fay dan ayahnya sampai di RS, aku SMS agar Fay menunggu di kamar perawatan lantai 7, tempat ayahku dirawat. Karena di sana Fay bisa nyaman, ada televisi. Fay kemungkinan tak akan rewel.
Setelah keluar dari ruang operasi, ayahku langsung dipindahkan ke lantai 6, ke unit luka bakar yang sifatnya high care (semi-ICU).
Seperti dugaanku, Fay tampak tidak nyaman di lantai 6. Pasalnya, penunggu pasien atau keluarganya tidak bisa sembarangan masuk di ruang perawatan, kecuali di jam-jam besuk. Jadi, kami menunggu di ruang tunggu, di kursi yang berderet di koridor.
Dia ribut ingin kembali ke kamar di lantai 7. Padahal kan Apih sudah dipindahkan ke lantai 6. Kamar di lantai 7 mungkin saja sudah ditempati pasien lainnya.
Makanya, aku memutuskan agar Fay tidak diajak lagi menjenguk Apih. Soalnya aku khawatir dia sulit diatur, bahkan tantrum di RS.
Pagi ini, Minggu (10/4), aku berangkat sendirian ke RS naik KRL. Tapi sebelum itu, aku melakukan berbagai persiapan, biar Ayah tidak disibukkan dengan pekerjaan rumahtangga, jadinya bisa menjagai Fay secara maksimal.
Pertama, aku belanja ke warung di belakang rumah. Beli sayuran yang mudah dimasak dan cepat disajikan. Aku beli toge, tahu, dan tempe. Kucuci dan kubersihkan toge, lalu bawang (merah, putih, daun) kuiris-iris. Jadinya, Ayah bisa makan siang dengan membuat tumis toge-tahu, bersama nasi yang sudah tersedia. Setelah itu, aku mencuci pakaian dan menjemurnya.
Selesai pekerjaan rumahtangga, aku bisa meninggalkan rumah dengan tenang. Ke Stasiun Citayam, aku diantar Fay dan ayahnya naik motor. Pulangnya, mereka sudah menungguku di depan Alfa Mart dekat pintu rel KA Citayam.
Alhamdulillah, ternyata Fay tak merepotkan. Selain itu, memang ada internet. Jadi Fay asik bermain internet.
Ketika Fay dan ayahnya sampai di RS, aku SMS agar Fay menunggu di kamar perawatan lantai 7, tempat ayahku dirawat. Karena di sana Fay bisa nyaman, ada televisi. Fay kemungkinan tak akan rewel.
Setelah keluar dari ruang operasi, ayahku langsung dipindahkan ke lantai 6, ke unit luka bakar yang sifatnya high care (semi-ICU).
Seperti dugaanku, Fay tampak tidak nyaman di lantai 6. Pasalnya, penunggu pasien atau keluarganya tidak bisa sembarangan masuk di ruang perawatan, kecuali di jam-jam besuk. Jadi, kami menunggu di ruang tunggu, di kursi yang berderet di koridor.
Dia ribut ingin kembali ke kamar di lantai 7. Padahal kan Apih sudah dipindahkan ke lantai 6. Kamar di lantai 7 mungkin saja sudah ditempati pasien lainnya.
Makanya, aku memutuskan agar Fay tidak diajak lagi menjenguk Apih. Soalnya aku khawatir dia sulit diatur, bahkan tantrum di RS.
Pagi ini, Minggu (10/4), aku berangkat sendirian ke RS naik KRL. Tapi sebelum itu, aku melakukan berbagai persiapan, biar Ayah tidak disibukkan dengan pekerjaan rumahtangga, jadinya bisa menjagai Fay secara maksimal.
Pertama, aku belanja ke warung di belakang rumah. Beli sayuran yang mudah dimasak dan cepat disajikan. Aku beli toge, tahu, dan tempe. Kucuci dan kubersihkan toge, lalu bawang (merah, putih, daun) kuiris-iris. Jadinya, Ayah bisa makan siang dengan membuat tumis toge-tahu, bersama nasi yang sudah tersedia. Setelah itu, aku mencuci pakaian dan menjemurnya.
Selesai pekerjaan rumahtangga, aku bisa meninggalkan rumah dengan tenang. Ke Stasiun Citayam, aku diantar Fay dan ayahnya naik motor. Pulangnya, mereka sudah menungguku di depan Alfa Mart dekat pintu rel KA Citayam.
Alhamdulillah, ternyata Fay tak merepotkan. Selain itu, memang ada internet. Jadi Fay asik bermain internet.
Labels: ayah, ditinggal, Fay, pengawasan
0 Comments:
Post a Comment
<< Home