Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Tuesday, October 17, 2006

Konvoi Ngabuburit

Ahad kemarin, Ibu berinisiatif ikut Ayah dan Fay (yang memang rutin sepedaan) untuk "konvoi" sepeda, sekaligus ngabuburit. Ayah dan Fay boncengan pakai sepeda onta (sepeda besar dengan ukuran ban 28''), Ibu sendirian pakai sepeda mini 24''.

Perjalanan dimulai dari depan rumah saat hari mulai mendung, menuju gerbang komplek, dengan jarak sekitar 300 meter. Di jalan menjelang gerbang yang menanjak sekitar 30 derajat itu, kami turun. "Untuk mengirit tenaga, selagi puasa," kata Ayah --yang kalau bersepeda sendirian kuat mendaki jalan itu.

Perjalanan kembali dilanjutkan ke arah Selatan, menuju Setu Tonjong, tempat warung bakso "Rudal" berada, yang jaraknya sekitar 3 kilometer.

Karena baru pertama memulai bersepeda di jalan raya, Ibu rada-rada canggung. Pada kayuhan pertama, sepeda sempat nyelonong ke halaman rumah orang yang posisinya menurun (di bawah jalan).

Setelah itu, perjalanan lancar-lancar saja, di tengah deru kendaraan bermotor (terutama sepeda motor) yang berkecepatan tinggi. Fay sesekali berdiri di pijakannya, dan sedikit membuat sepeda Ayah oleng. Tapi nggak masalah. "Terus saja di jalur, paling pinggir jalan aspal. Biar kendaraan lain yang menyesuaikan diri," saran Ayah pada Ibu.

Sesampainya di Tonjong, hari sudah mendung, dan tanda-tanda hujan besar semakin nampak. Tetes-tetes air mulai terasa.

Setelah membeli dua porsi bakso yang dibungkus plastik, kami pun pulang. Di perjalanan, kami sempat beli satu timun suri untuk bahan es buah sebagai takjil buka puasa.

Mendung semakin berat. Suara guruh semakin santer terdengar. Benar saja, begitu memasuki komplek, hujan pun turun. Untunglah hujannya tak sekaligus deras, melainkan titik-titik hujan.

Ayah yang membonceng Fay pun memacu sepeda agar lekas sampai. Ibu mengikuti dari belakang. Tapi … aduh! Karena sepeda dipacu terlalu cepat, ditambah kaki yang sudah letih, Ibu terjatuh dari sepeda, dan mendarat di aspal kasar! Jempol kaki Ibu sedikit luka. Alhamdulillah nggak parah, dan untungnya Fay sebelumnya membeli plester pembalut luka dari warung.

Kami pun sampai di rumah pas hujan turun dengan lebatnya.

Alhamdulillah, konvoi pertama ini, konvoi penuh berkah. Betapa tidak, karena hujan –yang kami tunggu-tunggu-- turun dengan lebatnya. Sumur pun terisi kembali.

Monday, October 02, 2006

Fay Bonceng Ayah


Sejak balita, Fay tak mau belajar sepeda, termasuk sepeda roda tiga. Ia sama sekali tak mau mengayuh. Kakinya menapak-napak ke tanah supaya sepeda itu maju.

Sekarang, saat menginjak kelas 2, bersamaan dengan adanya sepeda mini "Taiwan" (yang ukuran bannya 24'' --cukup tinggi), Ayah mengajari Fay mengayuh sepeda. Kaki Fay baru sampai ke kedua pedal, belum bisa menapak ke tanah.

Mulanya, Fay takut-takut duduk di jok depan. Inginnya duduk di depan tapi tangannya memegang tangan Ayah. Tapi ada akal, Ayah lalu duduk di boncengan sambil memegang kendali (setang dan rem), sedangkan Fay tugasnya mengayuh.

Lama kelamaan Fay senang juga mengayuh sepeda. Padahal berat loh, harus membawa Ayah di boncengan belakang. Tapi dia senang-senang aja, apalagi di jalanan agak menurun, sepeda pun laju!

Target sekarang, membikin Fay lancar mengayuh dulu. Nanti kalau sudah mahir mengayuh, baru deh belajar mengontrol setang dan menggunakan rem. Setelah itu, bisa dilepas, biar bisa menjaga keseimbangan sendiri.

*Nanti kalau terapisnya dan dokternya dikabari tentang perkembangan Fay ini, bisa jadi, mereka akan kaget. :D

Gambar: tipe sepeda yang dipakai Fay.