Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Monday, March 26, 2007

Sabar Menunggu Motor

Tumben-tumbennya Fay mau sabar menunggu yang belajar naik motor, di lapangan dekat Komplek Pertanian, Cipayung, Depok.

Ceritanya, kemarin sore, waktu mau ke Depok untuk sebuah keperluan, di lapang bola dekat Kompek Pertanian Atsiri, ada beberapa orang sedang belajar mengendarai motor. Ayah langsung menghentikan motor, dan menawari Ibu untuk belajar naik motor, sendirian! (selama ini belum pernah Ibu belajar motor sendirian. Alasannya, nggak nyampe waktu nahan motor).

Tapi kemarin, Ibu mau juga belajar motor (Suzuki Tornado) sendirian. Soalnya di lapangan yang luas, yang kalaupun jatuh, nggak sampai sakit banget, karena lapangannya dari rumput.

Ternyata...

Waktu Ibu mulai duduk di atas jok motor, menyalakan mesin (dengan starter elektrik), lalu memasukkan gigi dan melaju, motor tak sampai jatuh kok. Oleng pun tidak. Motor melaju terus di gigi 2.

Nah, selama menunggu, Fay dan Ayah duduk-duduk di pinggir lapangan, menyaksikan Ibu berkeliling dengan motornya. Setelah beberapa putaran (ada sekitar 6, kali), Fay mulai tampak bete. Ibu pun diberi kode agar menepikan motornya, lalu kami pun melanjutkan perjalanan ke Depok.

Pulangnya, di tempat sama, Ibu kembali berputar-putar dengan motor. Ada sekitar 10 putaran, sampai bosen sendiri. Jadi, belajar motor itu, gampang kan Bu? :P

Friday, March 23, 2007

Gigi Tanggal


Waktu di angkot tadi siang sepulang sekolah, Ibu mendapati kedua gigi taring bawah Fay sudah goyang-goyang. Ternyata di balik gigi susu itu, sudah tumbuh gigi baru.

Sesampainya di rumah, dengan saputangan kedua gigi yang sudah hampir copot itu dicabut, tanpa Fay merasa kesakitan, apalagi ketakutan (seperti waktu dicabut gigi di dokter gigi, beberapa tahun lalu). Ayah meminta Ibu agar bekas gigi yang dicabut itu diberi betadine, untuk mencegah infeksi.

Kini, gigi taring bawah Fay yang baru bisa tumbuh dengan leluasa. Mudah-mudahan bisa tumbuh lurus dan rapi. :)

*Total gigi susu Fay yang sudah tercabut sekarang ada 10 buah (delapan gigi seri, dua gigi taring).


Foto: © 2005 tianarief

Thursday, March 22, 2007

Mulai Merasa Takut


Fay belakangan ini mulai merasa takut dan merasa terancam sekiranya ada bahaya. Padahal, sebelumnya tak kenal rasa takut sama sekali. Bukan apa-apa, karena dia belum ngerti apa itu bahaya. Pertanda normal?

Seperti saat dibonceng motor sama Ayah. Waktu motor sedikit oleng karena rusaknya jalan yang dilalui, pegangan Fay di pinggang Ayah tambah erat. Tampak sekali, dia takut jatuh.

Terus, siang tadi, waktu di sekolah ada permainan dalam Pramuka. Waktu Fay disuruh mendaki tangga (tangga dari bambu), Fay hanya berani naik lima anak tangga, lalu turun lagi. Meski Bu Yayu, guru bantunya, menyuruh Fay mendaki seluruh anak tangga, Fay tak mau.

Tapi di sisi lain, Fay sedikit demi sedikit --setelah mengenal bahaya dan rasa takut ini-- musti ditumbuhkan kembali keberaniannya. Jadinya, Fay bisa membedakan, mana ketakutan yang tidak beralasan, mana yang seharusnya ditaklukkan (karena tidak berbahaya, selama dalam pengawasan).

Balik ke pengalaman masa kecil. Fay waktu berusia sekitar dua tahun, pernah digonggongi empat anjing galak milik tetangga. Anjing itu memang berada dalam halaman rumah yang tertutup pagar dan pintu gerbang.

Tapi Fay sama sekali tidak ketakutan. Alih-alih ketakutan, Fay malah ketawa-ketawa. Dikiranya, anjing yang lagi marah dan mengancam itu, lucu-lucu. Justru kami sebagai ortunya yang khawatir. Bagaimana seandainya Fay tidak sedang dalam pengawasan (atau meleng) sebentar.

Sekarang, rasa takut --yang dimiliki semua orang-- sudah muncul di diri Fay. Mudah-mudahan tambah lama, tambah mengerti.


Foto: © 2006 Om Alan

Wednesday, March 21, 2007

Kekaguman Bu Yayu

Shadow teacher (guru bantu) baru Fay, Bu Yayu, sudah beberapa hari ini mendampingi Fay, selama belajar di sekolah. Pengalaman beberapa hari itu rupanya mendatangkan kesan tersendiri bagi Bu Yayu.

Suatu siang, saat Ibu menjemput Fay pulang, tiba-tiba Bu Yayu --yang sebelum ini belum pernah ketemu Fay ini-- bilang, "Bu, Fay cerdas ya? Mudah sekali menerima pelajaran."

Alhamdulillah. Begitu yang pertama terucap dari Ibu. Betapa tidak, soal akademis, terutama bidang eksakta (matematika), Fay tampaknya sangat gampang memahami.

Hanya saja, soal bahasa dan komunikasi, Fay masih jelas perlu bantuan. Karena itulah, Fay perlu bimbingan seorang guru bantu selama mengikuti pelajaran di sekolah.

Tuesday, March 20, 2007

Nanti!

Fay senang main komputer. Biasanya program yang dibuka, Paint Brush. Biasa, melukis di komputer, hasil kreasi sendiri. Berwarna-warni. Bagus deh.

Terus, kalau Ayah/Ibu mengganggunya, dengan meminjam komputer untuk Games --terutama DX Ball, yang lagi digandrungi-- Fay dengan cepat menolak, dengan mengatakan, "Nanti!"

Entah belajar dari mana, kata nanti itu. Hehehe. :P

* * *

Soal sepedaan, yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut selama long weekend kemarin, Fay lebih suka mengajak Ayah, memakai "sepeda besar". Bukan "sepeda kecil" yang biasa dipake Ibu.

Soalnya, kalau pakai sepeda besar, Fay tinggal menclok di boncengan, nggak usah belajar mengayuh seperti di sepeda kecil. (Kami memang mewajibkan Fay --yang sama sekali belum bisa bersepeda-- untuk belajar sepeda roda dua).

Sedangkan kalau minta ke warung, Fay bilang, "naik sepeda kecil." :D

Wednesday, March 14, 2007

Diasuh Teman Kelas

Fay, saat tak didampingi guru bantu (shadow teacher) *), dititipkan pada guru kelasnya, Bu Susi. Menurut Bu Susi, berhubung ia juga harus membimbing anak-anak lainnya, tak sepanjang hari mendampingi Fay.

"Seperti kalau ada pelajaran mengaji Al Qur'an, Fay dititipkan pada guru ngajinya. Juga pada teman-teman akhwat (perempuan)-nya," kata Bu Susi.

Ternyata, dengan cara ini, Fay cukup mandiri --meski tak selamanya bisa begini. Teman-teman Fay, yang rata-rata badannya lebih kecil dari Fay (maklum, usianya rata-rata lebih muda satu atau dua tahun di bawah Fay), mereka bisa ngemong (mengasuh) Fay. Apalagi mereka yang sudah pernah setahun bersama Fay di kelas 1, pasti sudah mengetahui karakter Fay.

Itulah hikmahnya Fay disekolahkan di sekolah umum (bukan khusus anak autis); jadi kenal dan bisa belajar dengan anak-anak normal.

"Mereka sangat perhatian sama Fay. Subhanallah," ujar Bu Susi.

*) Sedang terjadi pergantian guru bantu. Sekarang Fay sudah punya guru bantu baru. Namanya Bu Yayu. :)

Sunday, March 11, 2007

Game Over

Tadi sore, kami mampir ke Kalibata Mal --mal yang penuh kenangan. Di mal yang sudah digabung dengan mal lainnya yang lebih moderen itu (Kalibata Plaza), ada gerai baru yang menjual eskrim. Fay langsung mengajak duduk.

Ternyata, gerai yang tampaknya baru dibuka itu menyajikan musik live (lagu-lagu pop kreatif), dengan iringan organ tunggal. Seusai penyanyi tetap yang masih ABG itu melantunkan lagu soundtrack sebuah sinetron, pembawa acara menantang pengunjung untuk menyumbangkan suaranya.

Tiba-tiba, pembawa acara itu menghampiri meja kami. Melihat Fay yang badannya sudah seperti ABG itu (hampir sama dengan penyanyi itu), dia langsung meminta Fay menyanyi sambil menyodorkan mikrofon pada Fay. Kami hanya tertawa, dan memberi dukungan pada Fay untuk menyanyi (meski kami tahu, Fay belum bisa menyanyi dengan benar).

Fay langsung mengambil mikrofon yang disodorkan padanya. Apa yang dia katakan? "Game over! Game over!" (dengan logat cadelnya). Para pengunjung lain tertawa terbahak-bahak. Fay pun gembira. Dan mikrofon pun beralih tangan pada pengunjung lain, yang benar-benar bisa menyanyi.

*Kata-kata "game over" itu Fay dapatkan dari games di komputer.

Monday, March 05, 2007

Hikmah Nge-Games

Bagi Fay, main Games mendatangkan hikmah tersendiri. (Loh, bukannya Games sering merugikan anak-anak, khususnya berkaitan dengan pelajaran sekolahnya?).

Nah, bagi Fay, Games, yang berbahasa Inggris ini justru memicu kepenasarannya untuk mencari arti dari kata-kata yang dia temukan. Meski nggak betul-betul dia ngerti (setelah diartikan ke dalam Bahasa Indonesia).

Seperti Ahad pagi kemarin, tiba-tiba Fay bertanya pada Ayah, "Traffic bahasa Indonesianya?"
Ayah: "Lalulintas.
Fay: *Terdiam. Seperti berpikir.*

Tiba-tiba Fay bertanya lagi, "Bevels bahasa Indonesianya?"
Ayah: *karena nggak yakin dengan pelafalannya, Fay disuruh mengulangi sekali lagi. Tapi dia pinter, dia menuliskannya di kertas. Tertulis, "bevels".
Ayah: *terdiam* (nggak tau artinya).

Lalu, Ibu mengambil kamus Poerwadarminta (Inggris-Indonesia, Indonesia-Inggris) Cetakan III/1974. Ternyata setelah dicari-cari, kata yang dimaksud tidak ketemu. Yang ada malah kata between, lalu di bawahnya beverage.

Ayah: "Nggak ada Fay."
Fay: "Ada!" *dengan yakinnya* (kami ketawa)

Lalu, Ibu kembali mengambil Oxford Advanced Learner's Dictionary (Ingris-Inggris). Ketemulah kata bevel, yang artinya: n 1. sloping edge or surface e.g. at the side of a picture frame or a sheet of plate glass 2. tool for making such edges. bevel v give a sloping edge to: bevelled edges.
(tapi tetep, kami belum ngarti juga apa maksud bevel ini).

Kembali, Ibu mengeluarkan kamus Poerwadarminta (Inggris-Indonesia). Kali ini lebih jadul lagi, cetakan tahun 1959 (harganya aja Rp 127,-), punya neneknya Fay waktu sekolah dulu.
Nah, ketemulah kata yang dimaksud. Bevel artinya lereng.

Setelah diberitahu arti bevel yang ditanyakannya, Fay pun terdiam, seolah tak pernah terjadi apa-apa. Padahal ortunya sudah mengeluarkan tiga kamus loh! Untung belum dikeluarkan satu lagi, Webster's Dictionary (Inggris-Inggris), yang dilengkapi gambar ilustrasi. Hehehe.

Fay, Fay. "Seperti kebelet pipis saja," ujar Ibunya, mengomentari desakan Fay waktu minta arti bevel, meski Ayah sudah menyerah. :))

*Ternyata, Ibu baru ingat. Kata traffic dan bevel(s) itu ditemukan Fay di Games permainan kata, di komputer yang sehari-hari dia mainkan. :)

Kartu Ultah


Oleh-oleh dari Tante Amoy. Tx ya. :)

9 Tahun


Fay,

sekarang Fay udah besar, udah nggak bisa digendong lagi, udah bisa makan sendiri, cing-ee sendiri, mandi sendiri, pakai baju sendiri, pakai jas hujan sendiri, pakai kaos kaki sendiri, melipat mukena sendiri, dan tidur di kamar sendiri. Sudah hampir akil baligh. (Ya Allah, mudah-mudahan Fay sudah mengerti ketika saat itu tiba).
Hanya saja, sholat masih dibimbing, biar pun sebagai makmum yang tinggal mengikuti imam, karena masih belum tertib, belum bisa diam, masih berkata-kata dalam sholat. Juga ke sekolah, masih harus diantar, masih harus ditempel guru bantu, masih harus ditempel Ibu dan/atau Ayah ke mana pun pergi, karena itu memang harus, untuk mengantar Fay biar kalau sudah besar bisa mencari nafkah sendiri, dari bakat dan keahlian yang sejak sekarang sudah dicaritahu, dan mandiri, tanpa tergantung lagi pada Ibu dah Ayah, yang kian beranjak menua ini.

Sekarang, 26 Februari, Fay kan sudah 9 tahun. Ya, Sembilan Tahun! Selamat Milad, Fay.

Foto: © 2005 tianarief
Retouch foto: © 2007 amoy

Labels: