Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Friday, October 29, 2004

Tulisan Fay

Fay, sudah tiga hari terakhir ini senang menulis di buku catatan ayahnya. Tulisannya macam-macam, dengan huruf kapital cukup rapi untuk anak seusianya (bahkan, di sekolahnya belum diajarkan menulis begini). :D

Tulisan tangan Fay (repro: edo)

Arti tulisan-tulisannya? Ehm, silakan artikan sendiri. Fay juga mungkin belum mengerti apa yang ditulisnya. :P

Tulisan tangan Fay 2(repro: edo)

Wednesday, October 27, 2004

Belajar Identitas dan Profesi

Di tempat terapi, Fay diajari identitas diri secara sederhana. Seperti, "nama saya Fay, umur saya enam tahun". Tapi Fay belum diajari alamat, soalnya menurut terapisnya, Bu Kiki, terlalu panjang bagi dia kalau harus menghapal nama kompleks, nomor blok, apalagi pake RT/RW.

Selain identitas, Fay juga diajari macam-macam profesi dan fungsinya. Misalnya, ini apa? [sambil menunjukkan gambar seorang perawat]. Perawat. Perawat tugasnya merawat orang sakit. Atau dokter. Dokter tugasnya mengobati orang sakit. Juga yang lainnya, seperti wartawan, petani, pedagang, polisi.

Di rumah, Fay bukan hanya membuat alat peraga untuk dirinya sendiri dari guntingan gambar di majalah. Melainkan menggambar sendiri gambar yang dia anggap kurang lengkap. Tadi pagi dia sibuk menggunting dan menempel gambar-gambar orang [laki-laki, perempuan, anak laki-laki, anak perempuan] karyanya sendiri yang sudah diwarnai. *Tampaknya, gak ada bedanya ya? :P*

Tadi pagi juga, tak ada hujan tak ada angin, tiba-tiba Fay menunjuk ayahnya sambil bilang: "laki-laki". Lalu menujuk saya, dan bilang "perempuan". Setelah itu, menunjuk dirinya sendiri: "anak perempuan". :D

Bakal Gemuk?

Fay kemarin banyak makannya. [O ya. Fay belum bisa diajari berpuasa, soalnya dia belum mengerti]. Pagi-pagi sarapan dengan ikan bandeng, siang sepulang terapi, makan mie bakso di Stasiun Citayam. Sore, makan dengan bayam. Magrib, selagi saya berbuka, Fay ikut makan lagi. Sekitar pukul 8 malam, saatnya Fay tidur. Fay bukannya segera tidur, tapi dia bilang: "Ibu, Fay mau minta mi". [gembira rasanya, Fay ternyata mulai bisa mengungkapkan kemauannya secara verbal dan benar]. Mie yang dimaksud, mi instan. Karena yang ada mi instan ukuran jumbo, ya saya masakin itu. Ternyata, mi untuk porsi orang dewasa itu, habis dia makan. Apa ini pertanda bakalan gemuk ya?

Soalnya, berat badan Fay ketika ditimbang terakhir, kurang dari 22 kg. Padahal, sepupunya yang umur 3 tahun saja sudah 25 kg. Makanan yang dimakan Fay kayaknya susah jadi daging. Soalnya, setiap saat Fay bergerak dan bergerak terus. Mau tidur pun sempat "berolah raga" dulu.

Monday, October 25, 2004

Hobi Baru Fay

Fay punya hobi baru. Gitar-gitaran kecil yang dibeli di halaman RSCM dua minggu lalu, dipakainya bermain biola-biolaan. Dengan memakai sumpit untuk makan mie, "biola" itu digesek-geseknya. Rupanya Fay sekarang sudah mulai bisa pretend playing alias bermain (pura-pura melakukan atau menjadi sesuatu).

Barangkali Fay ingin jadi violist terkenal seperti Mbak Maylafayza, yang juga bernama panggilan Fay. Tunggu saja Mbak Fay, lima-10 tahun ke depan, mbak bakal punya saingan nih. :P

Hobi lainnya, menyangkut rambut ayahnya. Rambut ayahnya yang sama lurus dan hitamnya dengan Fay? Sama sekali bukan, karena ayahnya sekarang dicukur habis rambutnya (gak sampai habis betul, melainkan disisakan sekitar 6 milimeter), awal Ramadhan lalu.

Nah, rambut pendek tajam-tajam itulah yang jadi mainan Fay. Setiap saat Fay memegang rambut ayahnya, dengan telapak tangan, atau punggung tangannya. Malah dia menggesek-gesekkan pipinya pada rambut yang tajamnya seperti kulit duren itu.

Terang aja, dia kegelian (dan memang disengaja). Jadi, dia sering ketawa-ketawa sendiri. :D

Thursday, October 21, 2004

Pengenalan Gender

Waktu terapi Selasa kemarin, Fay baru diajari masalah gender: laki-laki dan perempuan (anak laki-laki dan anak perempuan). Sambil ditunjukkan gambar pada kartu-kartu yang terdapat foto laki-laki atau perempuan, Fay ditanya: "ini siapa?" Jawabnya, "laki-laki" atau "perempuan", tergantung gambar orang yang ada di kartu.

Terus, Fay dites langsung dengan menunjuk ke orangnya. "Ini siapa?" (sambil menunjuk ke saya). "Perempuan," kata Fay. Ketika menunjuk ke Ibu Kiki, terapis. "Perempuan," kata Fay. Tapi ketika di rumah saya menunjuk Fay sendiri, "Ini siapa?" kata saya. "Anak laki-laki," kata Fay, dengan mimik cuek. Kami tertawa melihat tingkahnya. Mungkin Fay masih belum memahami konsep gender. Tapi besok paginya, ketika ditanyakan pertanyaan sama, Fay bisa menjawab benar. "Anak perempuan," katanya.

Wednesday, October 20, 2004

Buku

Belakangan, Fay senang buku. Bukan untuk dibaca, meski sudah bisa baca, tapi hanya dibuka-buka, lalu dibungkus plastik dengan isolasi. Sampai buku "Sheila", tidak boleh dibawa ayahnya, tapi harus disimpan di mejanya. Pernah, Fay menggambar beberapa cover buku terbitan Qanita Mizan, lengkap dengan tulisan-tulisannya. Ia malah sekarang fasih menyebut kata "qanita mizan", tanpa tahu artinya.

Selain buku, Fay juga gemar menggunting gambar-gambar dari majalah/koran untuk ditempel di kartu-kartu. Sebelumnya, dia sering melihat saya melakukan ini, untuk alat bantu Fay mengenali benda-benda. Ee, sekarang, malah dia sendiri yang membuat alat bantu untuk dirinya sendiri. :P

Tuesday, October 19, 2004

Ajari Aku Cinta

"Arjari Aku Cinta" (baca: ajari aku cinta). Begitu tulis Fay suatu pagi di atas kertas bekas undangan Panitia 17 Agustus 2004. Saya sama ayahnya Fay sempat terkagum-kagum. Bukan karena tulisan kapital yang sangat jelas terbaca. Atau "gambar ilustrasi" yang dibikinnya dengan spidol coklat. Tapi sempat bertanya-tanya, apa benar, Fay menuntut untuk diajari oleh kami, orangtuanya?

Ternyata, setelah diingat-ingat, ungkapan "ajari aku cinta" ini adalah judul sebuah sinetron yang dibintangi Renaldo (pemeran "Ada Apa dengan Cinta" versi sinetron). Saya jadi ketawa sendiri. Fay memang paling gampang menyerap program-program televisi, terutama iklan atau program hiburan. Bukan hanya mempengaruhi bahasa tulis, tapi juga bahasa lisannya; penuh ungkapan bahasa iklan. Misalnya, "mencuci lebih banyak!" :P Padahal, kita sudah berupaya mengajari Fay bahasa "normal", bahasa sehari-hari.

Tapi, yang namanya terpaan informasi dari media massa, terutama televisi, sulit kita cegah. Membatasinya, sementara ini, ya menyuruh Fay mematikan sendiri setiap pukul 7 atau 8 malam, untuk berangkat tidur.

Friday, October 15, 2004

Beli Macam-macam

Di RSCM, Fay ketemu dr. Ika, yang menyarankan agar belajar pengurangannya (matematika) diperagakan dengan makanan, agar menarik bagi Fay. Ternyata selama di sana, Fay belum tidur juga (padahal bangunnya pukul 2 pagi). Dia hanya tampak mengantuk pas di Metro Mini. Setelah sampai di rumah neneknya, bugar lagi.

Selama menunggu obat diproses apotik, Fay makan soto ayam madura, habis 3/4-nya. Lumayan. Tapi, saya yang kabita, padahal lagi saum. Pas lewat tukang majalah, Fay minta dibelikan komik Dora Emon --yang ternyata tidak dibaca. Terus, di tukang koran, Fay minta dibelikan tabloid C & R. Lewat tukang mainan, Fay juga dibelikan gitar-gitaran dan tamborin-tamborinan. Cuma dimainkan sebentar.

Tapi ada bonus. Seorang sales produk susu baru produksi Sarihusada menawarkan sampel satu cup susu gratis. Ternyata, setelah dicoba di rumah, Fay doyan juga. Nanti, kalau ada di supermarket, Fay saya belikan susu, yang harga per 400 gramnya Rp 22 ribu itu.

Belajar Makan Buah

Kemarin Fay mau juga makan buah-buahan Es Buah yang dibeli dari penjual di pinggir jalan. Kuncinya, ternyata kolang-kaling. Memang, sudah lama Fay ingin kolang-kaling, tapi di Sasak Panjang tidak setiap hari saya menemukannya. Setelah mengontak neneknya, beliau menyanggupi membuat kolak kolang-kaling buat Fay.

Begitu Fay melihat kolang-kaling dicampur Es Buah, tanpa disangka, Fay mau memakan semuanya; kolang-kaling, ya buahnya dkk, seperti blewah, timun suri, melon, kelapa muda, mangga, cingcau hitam dll (apa lagi ya?) :P.

Sebelumnya, Fay memang tidak suka makan buah, kecuali pisang dan jeruk. Itu pun harus manis. Selain itu, dia bisa makan kalau dipaksa. Misalnya pepaya diblender. Nanti, Fay bakal disuruh makan buah lagi, dengan pancingan kolang-kaling kesukaannya.

Energizer

Tulisan ini bukanlah ikan batu baterai, melainkan menggambarkan energi Fay yang diibaratkan baterai tahan lama ini. Fay, yang tidur sekitar jam sembilan malam, tiba-tiba terbangun pukul 02.25, jauh sebelum waktu sahur tiba. Dia berteriak-teriak, "wampu, wampu" (maksudnya, nyalakan lampu --karena kamar memang digelapkan). Ayahnya lalu bangun dan menyalakan lampu. Setelah melihat jam di HP yang baru menujukkan pukul dua lebih, ayahnya tidur lagi di samping Fay, dengan harapan, Fay tertidur lagi. Ternyata, setelah saya bangun sekitar pukul tiga, Fay masih melek, dan ayahnya tertidur pulas di sampingnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 03.21 ketika ayahnya dibangunkan untuk makan sahur. *Nggak usah khawatir memasak atau memanaskan makanan, karena memang sudah siap. Maklum, kami lagi menginap di rumah ibu saya di Jakarta*

Dengan harapan bisa belajar saum, Fay diajak untuk makan sahur. Ternyata, dia menolak. Malah telungkup pura-pura tidur. Akhirnya kami pun makan sahur tanpa Fay. Menjelang imsak, Fay keluar kamar, tapi menolak makan. Ia malah asyik nonton televisi. Waktu subuh pun tiba. Kami shalat subuh, lalu tertidur. Ketika bangun untuk bersiap-siap pergi konsultasi ke dr. Ika di RSCM, Fay masih bermain loncat-loncat ditunggui neneknya. Ternyata, dari pukul 02.25 sampai pagi hari, sampai berangkat ke RSCM, Fay belum juga tidur. Pantas saja ada seorang teman yang menyebut Fay --yang tampak hiperaktif-- seperti Energizer; "Never Say Die!" alias nggak ada matinye.

Tuesday, October 12, 2004

Pengurangan

Pada pelajaran Matematika, Fay sudah belajar pengurangan (-). Tapi dia masih belum mengerti konsep pengurangan (istilah Bu Guru, "diambil"). Meski konsep pengurangan sudah saya sederhanakan dengan alat peraga balok-balok kecil seukuran dadu, Fay masih belum ngerti juga. Barangkali saya bisa minta tolong terapisnya, Bu Kiki, untuk membantu mengajarkan pengurangan ini. Soalnya, di tempat terapi, Fay sudah belajar angka sampai puluhan, jauh di atas pelajaran sekolah Fay.

Pada terapi tadi siang, Fay diajari konsep profesi orang-orang. Fay diperlihatkan gambar-gambar orang yang mewakili profesinya masing-masing. Misalnya, guru, wartawan, karyawan, pekerja, dll.

Batal?

Kelas 1 dibagi "rapor bayangan" (rapor sementara yang memuat nilai hasil midtes), Sabtu (9/10), termasuk Fay. Hasilnya, Fay meraih ranking 10 dari 34 siswa. Sebagai siswa yang masuk 10 besar, Fay dan sembilan temannya yang lain dipanggil ke depan, untuk menerima rapor sekaligus ucapan selamat dari Bu Guru.

Nilai rata-rata mata pelajaran Fay adalah 8,5; dengan perincian sbb: Pendidikan Agama Islam (nilai 10), Bahasa Indonesia (9,8), Matematika (7,0), Sains (10,0), Pengetahuan Sosial (9,7), Kertakes (8,0), Penjaskes (7,0), dan Bahasa Sunda (9,0).

Saya merasa aneh, Pendidikan Agama di rapor kok ditulis 10,0, padahal nilai midtesnya kan 8,0? *saya mau "protes" nih* :D (dapat bonus nilai kok protes :P). Soalnya, itu bukan nilai Fay sebenarnya.

Kemarin, saya tanya sama Bu Guru, soal nilai yang terlihat janggal itu. Ternyata benar saja. Kata Bu Guru, nilai Pendidikan Agama Fay di rapor salah tulis. Di buku besar Bu Guru rupanya tetap tertulis 8,0. Artinya, nilai rata-rata rapor Fay bukan 8,5, melainkan kurang dari itu. Jadi, Fay sebenarnya ranking berapa dong? :D

Sebetulnya, bukan ranking tinggi yang saya tekankan dari Fay. Bisa mengikuti pelajaran dengan baik dan mengikuti ujian saja sudah bersyukur. Apalagi sampai dapat nilai bagus segala. Tapi saya sengaja membiarkan Fay apa adanya, dengan jawaban versinya, salah atau benar (meski pada ujian guru seringkali memberi clue jawaban yang benar). Yang terpenting, Fay bisa menyerap ilmu yang diajarkan guru, meski sedikit demi sedikit.

Batuk

Alhamdulillah, Fay sudah tidak panas lagi (terima kasih Tante Tira, Tante Nug, Tante *)Iin, D'Nabila, D'Marsha & Ra), tapi masih sedikit batuk. Mungkin karena perubahan cuaca yang nggak menentu, atau cuaca dingin di tempat kami.

Memang, Sasak Panjang cuacanya masih sejuk. Mungkin karena masih banyak pepohonan, 'kali. Di malam hari kami sering tidur memakai selimut karena dinginnya udara. Tidak seperti di rumah neneknya di Penggilingan, Jaktim, yang sudah begitu polusi (udara dan suara berisik dari kendaraan) dan panas menyengat. ;)

Friday, October 01, 2004

Panas

Saya sempet was-was begitu panas Fay --sejak di sekolah kemarin-- semakin meninggi semalaman. Dia tidur gelisah, berpindah-pindah dari kasur ke lantai. Tapi nggak mau dikompres. Rupanya dia nggak suka basah. Akhirnya, kami pun tidak bisa tidur pulas, karena harus menjagai Fay. Padahal, pagi ini Fay ada ujian mata pelajaran Sains. Seandainya hari ini bolos ujian, ujian susulan baru dilakukan Selasa. Selasa kan hari terapi (minggu lalu bolos)? Bingung juga.

Akhirnya, sekitar jam setengah delapan tadi, Fay kami bawa ke dokter di Citayam. Menurut dokter, Fay menderita ISPA, tenggorokannya sedikit radang. Memang, beberapa kali Fay bersin keluar ingus. Sesekali dia juga batuk.

Senyum Fay (tianarief) Sepulang dari dokter, Fay dan saya oleh ayahnya didrop di sekolah tanpa memakai baju seragam. Karena sejak bangun tadi pagi, Fay sudah tidak panas lagi. Alhamdulillah, Fay bisa mengerjakan soal-soal Sains dengan baik. Semua jawaban --tak seperti ujian Matematika kemarin-- benar. Soalnya sederhana saja. Seperti, mata kita ada... (jawaban dipilih). Hidung gunanya untuk... Telinga gunanya untuk... :D

Memang, anak ini kalau mau pilek atau batuk, suka mengkhawatirkan, panasnya tinggi. Tapi, begitu dia mendengar akan pergi ke dokter (yang berarti jalan pake motor), dia langsung ceria sambil bersenandung. Diperiksa dokter sih, sebenarnya dia nggak mau, bahkan sempat mengamuk. Mungkin gara-gara trauma waktu dicabut giginya, beberapa bulan lalu.