Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Friday, May 27, 2005

Semangat Seragam, Malas Menulis

Fay dengan seragam sekolah hari jumat(tianarief)Seperti kemarin diceritakan, Fay semangat sekali memakai seragam sekolah, sampai mau terapi pun, dia ngotot memakai seragamnya. Tadi pagi, Fay sudah bersiap-siap dengan seragamnya (baju, rok panjang dan jilbab --seragam hari Jumat). Padahal, sekolahnya agak siangan.

Akhirnya, karena jemu di rumah dengan pakaian seragam, dia memaksa-maksa ayahnya agar mengajaknya ke luar, berjalan-jalan pake motor. Setelah jam menunjukkan 9.30, kami pun bersiap-siap ke sekolah.

Ternyata, di jalan saya melihat teman-teman Fay yang masuk pagi sudah pada bubar. Padahal, seharusnya baru pulang jam 10. Astaghfirullah! Baru saya ingat, khusus hari Jumat, sekolah siang masuk jam 9 pagi. Jadi, kami terlambat setengah jam lebih. Pantas saja, Fay sudah minta sekolah sejak pagi. Maaf Fay, ibu yang lupa soal jam masuk di hari Jumat.

***

Di sekolah, Fay belajar IPS dan Bahasa Indonesia. Pelajarannya nggak macemĀ², hanya menyalin tulisan Bu Guru dari papan tulis. Tapi Fay malah males-malesan menulisnya, pake huruf gede-gede, lagi! (sampai menghabiskan dua baris buku tulis).

Apalagi Bahasa Indonesia, pelajarannya menulis halus (Bu Guru Fay menyebutnya, "menulis elok"). Fay makin malas aja. Menulis halus kan perlu motorik halus yang sudah bagus. Cara megang pensil aja, Fay masih harus diperbaiki (masih pake empat jari, seharusnya tiga).

Thursday, May 26, 2005

Minta Baju Seragam

Hari Kamis adalah hari terapi Fay. Itu perubahan jadwal sementara, yang biasanya hari Selasa. Fay bukannya tak diberitahu sejak kemarin bahwa besok mau terapi, tapi seperti tak mengerti karena cuek saja.

Kamis pagi tadi, sewaktu akan berpakaian, Faya menolak memakai pakaian biasa. Ia meminta pakaian seragam. "Sekolah, sekolah," katanya. Ia mengambil dan memakai sendiri baju seragam putih-merahnya (rok panjang, pake jilbab). Rupanya Fay ingin sekolah, meski sudah dibilang, sekolahnya bolos dulu (seizin gurunya), karena hari ini giliran terapi.

Entah ngeh atau tidak, hari ini hari apa, yang jelas Fay tetap pada pola semula; terapi hanya hari Selasa, Kamis waktunya sekolah. Akhirnya, dengan sedikit merajuk, Fay mau juga berganti baju, dan berangkat terapi.

Besok, saya mau minta ayahnya agar membuat jadwal kegiatan, lengkap dengan harinya, biar Fay mengerti masalah hari-hari dalam seminggu (atau, memang sudah mengerti, seperti pengalaman tadi pagi?).

Wednesday, May 25, 2005

Asal Isi

Fay memang belum mengerti makna banyak hal. Terutama soal cerita dari pelajarannya sendiri, Pendidikan Agama Islam. Waktu mengisi soal (multiple choice a, b dan c) di buku latihan, hari ini, Fay mengisi asal contreng aja. Membacanya sih bisa, tapi mengerti maknanya, belum. Juga waktu mengisi soal-soal latihan Bahasa Indonesia, minggu lalu.

Nilai latihan yang diberikan guru bagi Fay, bisa ditebak (banyak salahnya). Pendidikan Agama Islam Fay dapat 40, Bahasan Indonesia 35. :(

Ditinggal Ibu

Fay sehari-hari selalu bersama ibunya. Saat libur Waisak, Selasa (24/5), saya kebetulan ikut pelatihan mendongeng di pendopo Bale Desa Sasak Panjang, yang diasuh seorang sarjana pendidikan, dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore.

Kalau Fay diajak, alamat pelatihannya nggak bakalan khusuk, karena Fay pasti tidak tinggal diam, melainkan berlari ke sana ke mari. Kebetulan, ayahnya juga libur kerja, jadi Fay bisa seharian bersama ayahnya di rumah.

Tak banyak hal baru yang didapat dari pelatihan itu, kecuali dikatakan bahwa lama (durasi) mendongeng yang bisa diterima seorang anak sama dengan satu menit kali usia anak itu. Maksudnya, misalnya Fay yang berusia 7 tahun, maksimal didongengi selama 7 menit. Lebih dari itu, si anak pasti bosan. Begitu kata instruktur dongeng itu.

Tiba di rumah sore hari, keadaan sudah rapi. Fay sudah makan siang, rumah sudah disapu dan dipel, dan ternyata... jemuran yang seabrek-abrek sudah disetrikain semuanya oleh ayahnya! Makasih ya Ayah. Cup, muahhh.

Selama saya tinggal, Fay, menurut ayahnya, seperti biasa tak pernah melewatkan kebiasaannya; minta jajan ke warung. Tapi kalau ditugasi menyimpan dan menyusun kembali baju-baju yang sudah disetrika, Fay malah senang. Karena itulah, lebih aman menugasi Fay dengan pakaian dll yang sudah rapi disetrika, ketimbang ditarik-tarik Fay yang memaksa minta jajan. Ooo, pantas. :))

Mimisan

Tak disangka, Fay, Senin lalu (23/5) mimisan. Dari hidungnya keluar darah, saat dia sedang bermain ajrut-ajrutan di kasur. Tapi Fay, yang sama sekali tidak tahu apa yang terjadi, terus saja bermain sambil mengelap darah di hidung pakai bajunya. Dia cuma bilang, "merah, merah" (karena belum tahu, itu darah). Tentu saja, bercak merah di mana-mana. Di baju, celana, seprei, bantal dan guling.

Saya langsung teringat obat tradisional mimisan, yakni daun sirih --yang tumbuh subur di halaman depan-- untuk menghentikan pendarahan. Tapi Fay ternyata tidak mau hidungnya disumpal daun sirih. Setelah daun sirihnya diganti dengan perban, barulah dia merasa nyaman dan mau berbaring sejenak. Setelah beristirahat sejenak, dan perdarahan berhenti, Fay kembali bermain ajrut-ajrutan, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Saya dapat informasi, mimisan itu disebabkan "panas dalam". Saya lalu beli larutan pereda panas dalam, dan Fay mau menghabiskannya. Setelah ayahnya pulang dan mendengar tentang apa yang terjadi pada Fay, ayahnya mengaku, dulu ia sering mengalami mimisan, tanpa sebab jelas. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Apa mungkin ya mimisan menurun?

Monday, May 23, 2005

Pasang "Shower"

Fay masih suka diajak berenang. Seperti biasa, ayahnya yang menemaninya bermain di air. Karena pakai pelampung, Fay bisa nyantai, seperti di kolam renang sendiri aja (kolamnya sepi pengunjung).

Seusai renang, Fay selalu saya ajak ke kamar bilas, biar sekalian mandi dan keramas. Nah, di ruang bilas itu ada shower yang memancarkan air sejuk. Shower itu sederhana aja, siraman airnya tidak merata, melainkan lebih mirip air yang keluar dari keran (menggelontor).

Sesampainya di rumah, Fay minta ayahnya memasangkan pipa bekas pipa bathtub yang bentuknya melengkung dengan saringan air bolong-bolong di ujungnya. Rupanya, dia pun ingin di kamar mandi (konvensional, dengan gayung dan bak) kami, ada "shower"-nya juga. Lalu, ayah memaku pipa itu di dinding. Meski "shower" itu cuma hiasan alias tidak mengocorkan air, Fay tampak puas melihatnya.

Saturday, May 21, 2005

Minta Belajar Iqro

Seperti biasa, sesampainya di rumah kemarin malam, ayahnya Fay disambut Fay yang belum mau tidur. Setelah minta makan goreng udang tepung (untuk ke sekian kalinya, sejak siang), Fay ditemani ayahnya pergi tidur. Tapi ternyata ada yang belum lengkap.

Fay minta diajarin baca huruf Al Quran dengan metode Iqra (sekarang sudah Iqra 2). "Buku Iqro, buku Iqro," kata Fay kepada ayahnya (yang dia ucapkan kedengarannya jadi, "buku iqwo", karena belum pandai melafalkan huruf "r").

Ayahnya lalu membawakannya buku Iqra. Ternyata, Fay tidak mau diatur. Dia sendiri yang menentukan halamannya. Secara umum, Fay sudah bisa membaca pelajaran Iqra 2 ini, tentu saja tanpa tajwid.

Saat ayahnya menunjuk huruf yang harus Fay baca, lalu membenarkan pelafalannya, Fay sempat mengoreksi ayahnya. Waktu mengucap huruf 'ain, ayahnya kelupaan kurang 'a-nya, melainkan dengan a biasa. Sebelum ayahnya benar mengucapkan 'ain (yang sulit bagi lidah Indonesia yang tidak terbiasa), Fay tidak mau pindah ke huruf lainnya. Ternyata... :))

Thursday, May 19, 2005

Kado Ulang Tahun

Di hari milad (ulang tahun) ayahnya, Fay ngirim dua kado; pertama sebungkus "Biskuat Susu" yang dibungkus kertas kado (minta bantuan saya). Kedua, "pemutaran" lagu Happy Birthday dari mainan keyboard Fay, hampir seharian. Ayahnya tentu saja senang dan surprised mengetahui putri kesayangannya --yang sehari-hari cuek-- begitu perhatian padanya.

Saya makin yakin, meski Fay cuek terhadap keadaan sekeliling, ia mengerti dan memahami, tanpa lewat bahasa verbal (kalau disuruh bicara, kalimatnya standar: Ibu/Ayah, Fay mau tolong...). Satu lagi pelajaran bagi saya, bahwa Fay itu daya tangkapnya baik. Cuma kita sebagai orangtua harus mengerti dan memahami apa maunya. Justru di sinilah masalahnya. Fay sering ngambek gara-gara kami miskomunikasi. Inilah yang tengah kami upayakan; agar Fay bisa "masuk dunia kami", bicara dengan "bahasa kami", bahasa kita semua.

***

Semakin hari, tampaknya Fay semakin lengket sama ayahnya. Ditambah lagi, kuantitas pertemuan dengan ayahnya yang terbilang jarang. Paling sebelum berangkat ngantor, pulangnya seringkali Fay sudah tidur. Tapi belakangan ini, Fay suka menolak tidur sebelum bertemu ayahnya.

Seperti tadi malam, Fay baru mau tidur setelah ayahnya mendampingi. Fay --yang sudah ngantuk berat-- nyungsep di ketiak ayahnya. Padahal ayahnya belum mandi setelah kerja seharian. Bisa dibayangkan. Hihihi.

Tapi tampaknya Fay justru ingin merasakan bau tubuh ayahnya. :D

Monday, May 16, 2005

Kertas Kado

Fay sekarang lagi mengagumi kertas kado. Setiap ke warung (atas permintaan dia, alasannya mau "jajan"), dia minta dibelikan kertas kado. Macam-macam motif yang dipilihnya. Seperti kemarin dulu, waktu ke warung sama ayahnya, Fay memilih motif kotak-kotak warna-warni.

Di rumah, Fay meminta ayahnya membuat "kado". Dengan kardus-kardus bekas lampu, ayahnya membuat "kado-kado" kecil --yang kemudian Fay tak henti-hentinya mengaguminya.

Tapi tadi siang, waktu ke warung dengan saya, Fay memilih kertas kado bergambar dan bertuliskan "Happy Birthday". Jangan-jangan, meski tak hirau dengan keadaan sekitar, Fay mengerti juga bahwa ayahnya akan ultah besok? Bisa jadi! :D

*dari ibu yang tak henti-hentinya mengagumi kecantikan Fay kalau lagi tidur.

Tuesday, May 10, 2005

Rokok, VCD dan Obat

Fay hobi menggambar. Hobinya ini semakin menjadi-jadi ketika dia, suatu kali menyukai gambar grafis bungkus berbagai merek rokok di Indonesia, sampul VCD/kaset dan terakhir, kemasan obat.

Waktu senang menggambar bungkus rokok, entah apa pemicunya, dia sampai senang dengan benda yang berbahaya dan merusak kesehatan ini. Sebenarnya yang "mendekatkan" dia dengan rokok hanya iklan televisi --yang dikemas dengan sangat menarik. Sedangkan di rumah tak ada yang merokok, termasuk ayahnya.

Senang sampul VCD, diawali saat ramai-ramainya pemberitaan sampul album grup musik Dewa yang bergambar kaligrafi Allah (bintang segi delapan) --yang kontroversial setelah kaligrafi itu dijadikan karpet dalam suatu pertunjukan. Sejak itu, dia minta ayahnya digambarkan kaligrafi itu. Lalu ditempelnya di sampul VCD atau kaset yang ada di rumah, dan di mana pun dia bisa temui.

Setelah bosan dengan rokok dan VCD, Fay sekarang mengalihkan "sasarannya" pada kemasan obat-obatan. Dimulai dari rumah Apih (kakek)-nya di Jakarta --yang banyak mengonsumsi obat-obatan berbagai merek. Dia lalu meminta ayahnya untuk menggambar kemasan obat, mulai dari tablet, kapsul sampai param kocok.

Setelah itu, dia mengambil pensil gambar, lalu mewarnainya. Sampai berita ini diturunkan (ciee!), Fay masih asyik dengan gambar-gambarnya itu.

Monday, May 09, 2005

Ayo Mandi!

Kata inilah yang paling ditunggu-tunggu Fay. Saat bangun tidur, disuruh ke kamar mandi untuk kencing, belum tentu dia mau. Atau disuruh sarapan, apalagi. Tapi begitu mendengar kata "mandi", dia langsung connect dan segera berlari ke kamar mandi.

Sarapan bagi Fay jadi sesuatu yang tidak mengasyikkan. Sebelum berangkat sekolah, termasuk giliran sekolah pagi, ia lebih memilih menggambar dan menggambar. Padahal saya pontang-panting agar Fay segera menghabiskan sarapannya. Gara-gara sarapan yang lama, Fay sering terlambat tiba di sekolah. Padahal jarak rumah-sekolah tak sampai lima menit pakai sepeda motor.

Kalau Fay lagi suka mandi, dalam sehari dia bisa mandi lebih dari tiga kali. Kadang-kadang, Fay ingin mandi sendiri. Saya atau ayahnya yang akan memandikannya, didorongnya ke luar, seraya menutup pintu kamar mandi.

Tapi, karena mandi sendiri seringkali menghabiskan sabun cair, dan menggosoknya tidak bersih, saya lebih memilih memandikannya kembali, setelah dia mandi sendiri.

Wednesday, May 04, 2005

Bendera Itu

Lama nggak mosting nih... (makasih buat Te Nug yg mengingatkan postingan ini). :D

Tak ada hujan tak ada angin, Fay tiba-tiba mengambil bendera merah-putih yang terlipat di lemari, lalu tanpa sepengetahuan saya menulisinya dengan tulisan "Close-Up Planet" di bagian putihnya.

Nggak tau apa maksudnya. Yang jelas, saat saya gusar (selain itu bendera satu-satunya, itu kan bendera!), eee dia malah ketawa-ketawa. Saya lalu lapor sama ayahnya lewat telepon, yang dijawab: "mau bilang apa lagi?"

Esoknya, ayahnya menyembunyikan bendera itu. Dan Fay terus menanyakan bendera itu. "Bendera, bendera. Close-Up Planet," katanya, dengan pelafalan khasnya.

***

Tadi pagi, saat Fay kembali menanyakan bendera itu (mungkin untuk ditulisi lagi), ayahnya dapat ide. Ayah membuat gambar bendera cukup besar (sekitar 10x15 cm) di kertas bekas, lengkap dengan tulisan "Close-Up Planet". Fay lalu menyuruh (ayahnya)mengguntingnya.

Setelah digunting, ia minta dipasangkan "tiangnya". Setelah diisolasi pada sepotong aluminium bulat bekas alat pel, Fay lalu menancapkannya di trotoar depan rumah. "Berkibarlah benderaku..."

8th Anniversary :)