Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Friday, December 31, 2004

Menulis "Puisi"

Tadi pagi, hujan turun terus-menerus. Fay terpaksa berdiam di rumah. Biar nggak bosen, Fay saya beri papan tulis untuk menggambar atau menulis. Ternyata, Fay memilih menulis "puisi".

Ini kutipan apa adanya "Puisi ala Fay":

INDAH MANA MALAM ANDAKAN
JUJUR DI MEDAN?
andakah ini mutiara alat
farasi the andi saya
feri permintaan yang
dan dorce sepanjang hari

"Puisi" itu dibingkai dengan garis lurus bertuliskan "KDI".

Thursday, December 30, 2004

Fay di Layar Kaca

Akhirnya, Fay tayang juga di TV7, dalam acara "Inspirasi Pagi", jam 05.30-06.30. Tapi sayang, kami melewatkannya, karena lebih terfokus mencari berita-berita seputar musibah tsunami di Aceh. Saya baru tau itu, setelah seorang teman semasa SMA, Enung, tadi pagi menelepon dan mengabarkan tayangan itu.

Katanya, di tayangan itu ada wawancara saya yang mengisahkan, antara lain, pada usia tiga tahun, Fay sudah mampu melakukan hitung mundur (10, 9, 8, 7, ...dst). Juga ada gambar Fay lagi loncat-loncat. Sedangkan, menurut Bunda Shafiya, yang kebetulan menonton acara itu, selain gambar saya yang diwawancarai juga ada gambar Fay melambai-lambaikan tangan, lalu memberikan jempolnya ke arah kamera (lihat: postingan "Fay di TV7").

Meski kami melewatkan acara itu, kami tak berkecil hati. Sebab masih ada harapan: Tante Icha yang baik hati akan memberi kami VCD rekaman wawancara saya dan Fay dalam acara yang membahas masalah autisme itu. Betul kan Tante?

Wednesday, December 29, 2004

Belajar Menyetrika

Setelah belajar menyetrika dengan setrika dingin, Fay mulai menuntut menyetrika dengan listrik tersambung alias setrika panas. Dia tau sih, mana bagian setrika yang panas, mana yang tidak. Terpaksa, saya mengabulkannya dengan pengawasan. Tadi pagi, Fay menyetrika celana panjangnya. Rupanya, lipatan celana panjang (bagian depan dan belakang) yang memang seharusnya ada, dianggap Fay bagian kusut yang harus disetrika. Tentu saja sulit sekali menghilangkan lipatan yang memang disengaja itu. Setelah celana panjang, dia menyetrika celana dalamnya sendiri. Masih belum puas, dia ulangi menyetrika celana panjangnya. Terus dan terus. Entah apa yang diinginkannya. Ternyata, kalau sudah memulai sesuatu, Fay sulit sekali meninggalkannya.

Tadi siang, ketika hujan turun, jemuran yang masih basah dibawa masuk ke rumah. Eee, Fay menyuruh saya menyetrika semuanya. Dikiranya itu jemuran kering yang harus disetrika. Dia terus memaksa. Saya sampai kesal dibuatnya. Akhirnya, saya mengalihkan perhatiannya pada kegiatan menggambar yang disukainya.

Di Mana Tante Pocut?

Sehari setelah musibah tsunami melanda Aceh, ayahnya Fay teringat keluarga Uwak Cut (istri Uwak Dolly, kakaknya). Uwak Cut, yang tinggal di Rempoa, Ciputat adalah uwaknya Fay yang asli Aceh. Adik dan kakak Uwak Cut itu tinggal di Banda Aceh, Lhoseumawe, Blang Pidie, Langsa dan Sigli. Lewat SMS didapat kabar, mereka belum diketahui nasibnya karena komunikasi sama sekali terputus.

Tapi alhamdulillah, Selasa kemarin ada perkembangan. Uwak Dolly bilang, semua sudah berhasil dikontak, kecuali si bungsu, Pocut. Tante Pocut bersama suaminya (belum punya anak) tinggal di Blang Pidie, yang juga berada di daerah pantai. Sampai siang ini, kami belum mendengar perkembangan keberadaan Tante Pocut.

Kami berdoa, mudah-mudahan Tante Pocut dan keluarganya selamat, sebagaimana saudara-saudara lainnya. Tante Pocut, di manakah tante berada?

Saturday, December 25, 2004

Main Air

Main air adalah hobi Fay. Di kolam renang, empang, danau, bahkan laut sekalipun! Setiap main ke rumah neneknya di Pelabuhan
Ratu, bermain-main ombak di Pantai Citepus menjadi "menu wajib" yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Di Pelabuhan Ratu pula, di halaman rumah Kakek Mamat (adik kakek Fay) yang masih bujangan, ada sebuah kolam ikan berair bening, yang airnya berasal dari mata air dalam tanah. Kolam sedalam paha orang dewasa itu diisi beraneka ragam ikan, mulai dari koi, mas, gurame hingga mujair. Ikan-ikan itu jinak-jinak. Begitu diiming-imingi makanan, mereka langsung mendekat.

Melihat kolam yang airnya transparan hingga ke dasarnya itu, Fay langsung "ngiler" ingin nyebur. Dia membuka baju (tapi saya segera memakaikannya baju renang) dan nyebur. Ikan-ikan langsung lari sembunyi cari perlindungan, begitu kolam yang tadinya damai, diobok-obok "raksasa" Fay. Hampir sejam Fay berendam di kolam berukuran 1 m x 10 m itu sambil mengejar-ngejar ikan. Hasilnya: ikan-ikan kesayangan kakek itu jadi stres, tak jinak lagi. Tapi untunglah, Kakek Mamat bukan tergolong kakek pemarah, tapi pemurah. Dia tak berkeberatan kolamnya diobok-obok anak-anak, bukan saja Fay, tapi tante-tante Fay yang masih seumuran Fay. "Kapan lagi. Mumpung lagi di sini. Kan jarang-jarang ke sini," kata Kakek Mamat sambil tersenyum.

Friday, December 24, 2004

Diwakili Lagi

Sudah dua kali dalam dua minggu terakhir ini, Fay konsultasi sama dr. Ika diwakili ayahnya. Yang pertama, dua minggu lalu, Fay lagi kena cacar. Sekarang, giliran saya yang kena. Padahal, dua minggu lalu, ayahnya juga kena cacar. Tapi memaksakan diri pergi ke RSCM, terus ke kantor, meski pulangnya (malam-malam) kepayahan. Mana basah kuyup kehujanan, lagi.

Jadinya, di Klinik Tumbuh Kembang --klinik swasta dan swadana di bawah RSCM-- ayahnya datang sendirian, sementara yang lainnya datang membawa anaknya. Selama konsultasi, dr. Ika hanya mendengar cerita Fay dari ayahnya, tanpa melihat langsung perkembangan anak itu.

Biasanya, selama ayah-ibunya konsultasi, Fay sibuk dengan macam-macam mainan di ruang bermain sebelah, yang bisa diawasi langsung oleh dokter lewat kaca tembus pandang dari ruang praktek. Kemudian, dr. Ika menghampiri Fay sekadar menyapa atau memantau dari dekat.

O ya. Fay barusan menggambar orang (laki-laki) di papan tulis. Dia bisa menggambar sendiri detail orang itu, kecuali sepatunya. Jadi, dia minta tolong saya menggambarkan sepatu plus kakinya. :D

Buat Tante Icha --yang barusan menelepon saya, dan ayah Fay di kantor-- nggak usah merasa nggak enak. Kita juga ngerti kok (lihat: "Tak Jadi?"). Apalagi, katanya, cepat atau lambat, Fay akan ditayangkan juga. Tapi karena sifatnya timeless (tidak terikat aktualitas), ditayangkannya kapan-kapan. Terima kasih atas kesediaan Tante Icha mau memberi kami VCD rekaman laporan tentang Fay yang siap tayang di TV7. ;)

Thursday, December 23, 2004

Menggambar Terus

Fay hari ini "tenang" di rumah. Ternyata, dia asyik bekutat dengan white board. Itu gara-gara spidol yang dibelikan ayah kemarin.

Hari ini saja, Fay menggambar macam-macam. Ada bus antarkota bertuliskan "MGI". Bus AC berukuran sedang ini sering kami tumpangi, dari Terminal Bogor ke Pelabuhan Ratu. Ternyata, photographic memory (ini istilah dr. Ika) Fay lumayan bagus.

Terus, Fay juga menggambar pemandangan; gunung plus awan yang diberi "bingkai". Di atasnya dia tulis, "Padamu". Ada pula rumah, lengkap dengan gedung "pencakar langit". Kemarin, malah Fay menggambar orang.

Tapi sayang, gambar-gambar ini tak bertahan lama, sebab dia langsung menghapusnya. Coba kalau di kertas, tentu bisa didokumentasikan, atau ditampilkan di blog ini. Tapi, justru di situ keasikannya, 'kali. Yang penting, anak tenang, ibunya pun senang.

KDI

Fay ngefans KDI? Bisa jadi. Yang jelas, karena seringnya melihat iklan KDI di TPI, Fay --di white board-- sampai menggambar pesawat terbang dan bus berlogo KDI (Kontes Dangdut TPI), sebagaimana tergambar di visualisasi iklan itu. Kemarin dan sekarang, gambar Fay tetap sama: bus dan pesawat terbang berlogo KDI.

Selain di papan tulis, Fay juga mengetikkan pesan di SMS (unsend) berbunyi: "KILAS BALIK KDI". Selain itu, pesan-pesan SMS versi Fay lainnya (silakan artikan sendiri), "boraq & hair ada Kuala ke hati", "boraq Anggie bawa rasa", "bouraq & alami jemput asyik", "boraq warna proxxxxxx ++", dan "boraq jadmy & jemput tempat jamanan nyali".

Tak Jadi?

Setelah tiga hari berturut-turut di pagi buta nongkrongi acara "Inspirasi Pagi" TV7, akhirnya saya berkesimpulan, Fay tidak jadi tayang di acara bertema autisme itu. Padahal, nenek, uwak dan om-nya Fay sudah ditelepon, agar melihat acara itu. Bahkan, uwaknya sudah diminta merekamnya di kaset video.

Tapi apa boleh buat. Mungkin acara itu kena gunting editor, pas yang ada Fay-nya. Atau, tetap akan tayang suatu saat nanti.

Kami ngerti kok, sebab ayah Fay juga kerja di media (cetak/online). Tak setiap hasil liputan dimuat (ditayangkan), melainkan diedit dulu, untuk mendapatkan hasil terbaik.

Wednesday, December 22, 2004

Bentol Wajah...

Di rumah seharian, berarti perjuangan yang sangat berat bagi Fay. Sejak pagi buta, ayahnya sudah mengajaknya jalan-jalan pake motor beli bubur buat saya, agar dia tak terlalu penasaran berjalan-jalan.

Sebelum ayahnya ngantor, karena Fay sudah stand by dengan jaket, helm dan sepatu, ayahnya terpaksa mengajaknya jalan-jalan kembali ke Pengasinan-Sawangan, beli koran Kompas dan majalah kesukaannya yang lama diidam-idamkannya: Trubus! Untunglah, si penjual sedia Trubus bekas (nomor lama) seharga Rp 5.000 (harga resmi, Rp 17.500). Selain itu, ayahnya juga membelikannya spidol white board untuk menulis atau menggambar di papan tulis.

Ternyata, Fay sebentar saja membolak-balik halaman majalah Trubus. Begitu pula koran. Siang ini, Fay asyik menulis-nulis di papan tulis. Ternyata, di antara tulisannya ada yang bermakna. Bunyinya: BENTOL WAJAH. MAKA LIHAT. Wah, kayaknya Fay nyindir ibunya nih! :D Soalnya, wajah saya memang lagi bentol, bahkan bengep-bengep. Sekarang, Fay lagi asyik menggambar kapal selam di papan tulis.

Tuesday, December 21, 2004

Pengumuman

Reporter TV7 Tante Icha bilang, Fay dan ibunya akan tayang di stasiun itu dalam acara "Inspirasi Pagi", Rabu (22/12) --atau kalau diundur, Kamis (23/12)-- pukul 05.30-06.30 (pagi).

Protes Potong Rambut

Hari ini Fay di rumah saja, setelah pagi tadi bersama ayahnya mengantar saya ke dokter di Citayam. Sudah diduga, Fay bakal nggak betah di rumah. Ia meminta saya mengantarnya jajan ke warung. Tapi apa boleh buat, saya tak bisa mengabulkannya. Akibatnya, dia uring-uringan.

Tapi ada kejadian yang tak diduga sama sekali. Ketika saya asyik menguras bak mandi, saya mendapati banyak potongan rambut yang cukup panjang di lantai. Sepintas, tak ada yang aneh dari potongan rambut Fay (tidak terondol), karena rambut Fay cukup tebal. Saya menduga, dia sengaja memotong rambutnya sebagai protes atas pelarangannya ke luar rumah.

Fay, mengertilah, ibu sedang dalam posisi nggak enak ke luar rumah, selain memang nggak boleh kena banyak angin, sebab itu akan memperburuk penyakit ibu.

Kehujanan

Fay kemarin seharian di kantor, ikut ayahnya. Tapi ternyata pulangnya nggak semulus berangkatnya. Selain Fay sempat "ngamuk" ingin laptop pinjaman yang dikembalikan ke kantor, dibawa kembali, juga di jalan kehujanan. Padahal Fay dibonceng di motor. Kalau ayahnya sendiri sih gak masalah, tinggal pake jas hujan, jalan terus. Tapi Fay kan masih kecil.

Ketika sampai Lenteng Agung, hujan lebat mulai mengguyur. Meski punya jas hujan ponco (jubah), ayahnya memutuskan berteduh di halte terdekat. Setelah hujan reda, perjalanan pun dilanjutkan melewati kampus UI tembus ke Kukusan dan Beji, Depok. Tapi, di Kukusan, setelah berhenti sejenak makan mi goreng di belakang kampus UI, hujan kembali mengguyur. Kali ini, hujan ngecrek (apa ya bahasa Indonesianya?), yang biasanya lama sekali baru berhenti.

Perjalanan lalu dilanjutkan dengan mengenakan jas hujan. Fay duduknya pindah ke depan, ditutupi jas hujan. Cukup terlindung, sebenarnya.

Tapi Fay nggak mau ditutup begitu saja. Ia mengintip ke samping dengan menyingkapkan jas hujan. Terang saja, air hujan pun membasahi sebagian badan Fay dan juga ayahnya. Tapi syukurlah, Fay sampai di rumah dengan selamat dan tidak apa-apa. Untuk pencegahan, Fay saya beri Parasetamol. Hari ini, Fay tak lagi ikut ayahnya, tapi di rumah menemani saya yang sedang sakit ini.



Monday, December 20, 2004

Ikut ke Kantor

Bentol-bentol varicella di sekujur tubuh saya makin parah. Karena saya perlu beristirahat total, Fay dibawa ayahnya ke kantornya di Kalibata, Jakarta.

Mulanya, Fay menolak dibonceng motor tanpa ibunya, karena tak seperti kebiasaan sebelumnya. Setelah diberi penjelasan singkat bahwa ibunya sedang sakit (entah ngerti, entah tidak), Fay akhirnya mau juga ikut ayahnya.

Di kantor, katanya, Fay gembira, karena selain bisa main komputer, juga bisa bepergian jauh --seperti yang diharapkannya.

Mudah-mudahan Fay tidak rewel seharian ngantor dengan ayahnya.

Saturday, December 18, 2004

Amazing Laptop

Fay hari ini tampaknya tak ingin kabur, melainkan betah di rumah. Pasalnya, ayahnya bawa laptop dari kantor untuk meng-update berita-berita Gatra.com. Fay dengan senang hati mengganggu ayahnya. Ia sangat ingin menulis kata-kata di komputer, atau sekadar memencet-mencet tuts keyboard. Ayahnya memberinya tempat di Edit Plus.

Ternyata, Fay cukup piawai menulis, meski baru dengan satu jari (telunjuk kanan). Tulisannya antara lain: happy birthday 2005 dan www mustika com.

Maunya, Fay berada di depan laptop seharian. Tapi begitu waktu makan dan shalat tiba, ayahnya mematikan laptop dan menyimpannya di tas laptop. Tapi, jangan harap bisa menyembunyikannya. Sebab di rumah mungil ini, no place to hide. Akhirnya, ayahnya dapat akal: mengunci resleting tas laptop dengan gembok kecil dan menyimpan anak kuncinya di saku.

Akhirnya Kena Juga

Setelah Fay dan ayahnya kena cacar air, akhirnya pagi ini saya menemukan bintik-bintik berair yang sudah lama saya takutkan. Apa boleh buat, lebih dari dua minggu terakhir ini, saya secara intens merawat Fay dan ayahnya.

Pagi ini juga, saya diantar Fay dan ayahnya, pergi ke dokter. Menurut dokter, seharusnya, saya banyak minum vitamin dosis tinggi dan air putih. Tapi apa boleh buat, penyakit ini sudah mampir di tubuh saya.

Dokter, selain memberi obat anti-biotik, juga bedak salisil dan salep untuk bintik-bintik di bagian wajah. Kini, kepala saya mulai pusing dan sakit di bagian perut.

Terpaksa, selama saya sakit, Fay tak pergi sekolah dulu. Soalnya, selain kondisi tubuh saya tak memungkinkan, dikhawatirkan bisa menulari anak-anak di sekolah.

Friday, December 17, 2004

Fay di TV7

Fay hari ini "syuting". Tadi siang, reporter dan kamerawan TV7 datang ke rumah. Hadijah Al Jufri --nama reporter itu-- ingin tau dari dekat, bagaimana suka-duka mengurus Fay. Pengambilan gambar wawancara saya dengan televisi itu sebagai pelengkap liputan tentang masalah autis, selain wawancara dengan ahli dan pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah ini.

Di depan Tante Icha --demikian ia biasa dipanggil-- Fay sempat bergaya. Fay ternyata sangat "sadar kamera". Ia melambai-lambaikan tangannya dan mengacungkan jempol ke arah kamera yang mengarah padanya. Sesekali Fay juga meloncat-loncat --sebuah kebiasaan yang tak pernah ditinggalkannya.

Fay juga sempat memperlihatkan kemampuannya: menyusun balok berdiagonal hitam-putih, lalu menyamakannya dengan bentuk yang saya tunjukkan. Tentu saja, di bawah sorotan kamera.

Lampu kamera juga sempat menyorot suasana rumah --yang amat sederhana ini, dan gambar-gambar hasil karya Fay yang dilaminasi dan digantungkan di dinding.

Tapi, rupanya hari ini Fay lagi nggak mau ditanya, termasuk namanya sekalipun. Fay hanya "berbicara" dengan bahasa tubuh, bahasa gerak.

Melihat keaktifan Fay, Tante Icha berkomentar, "ini belum seberapa". Sebab dia mengaku sudah menemui anak autis yang jauh jauh lebih lasak, lebih hiperaktif.

Soal kapan Fay tayang di TV7, tunggu saja "tanggal mainnya" ya?

Thursday, December 16, 2004

Catunglis

Kemarin Bu Ida, Bu Gurunya Fay berpesan, anak-anak yang bisa dinaikkan ke kelas 2 hanya anak-anak yang sudah bisa "catunglis". Apa itu? Ca = membaca, tung = berhitung, dan lis = menulis.

Tapi, bagi yang hanya bisa berhitung dan menulis, kata Bu Guru, tetap tidak bisa dinaikkan. Pasalnya, melatih berhitung lebih gampang ketimbang membaca. Jadi, kuncinya, harus sudah bisa membaca. Sebelum bisa membaca, si anak akan tetap ditahan di kelas 1 (seperti pengalaman seorang teman Fay yang sudah dua kali tidak naik kelas gara-gara susah sekali belajar membaca).

Tapi bagi Fay, baik itu membaca, berhitung maupun menulis, semuanya sudah dikuasai. Masalahnya, Fay belum mengerti arti harfiah dari setiap kata yang dibaca atau ditulisnya. Kalau anak lain ada yang menulis dengan susah payah --tapi mengerti. Fay menulis atau membaca dengan begitu cepatnya, seolah-olah sambil lalu saja. Tapi sama sekali tidak tahu apa yang ditulisnya. Sehingga sering terjadi, kalau Fay bikin rangkaian kalimat, kita sulit menangkap maknanya, karena cuma serangkaian kata-kata saja.

Thursday, December 09, 2004

Main Lagi

Alhamdulillah, Fay udah baikan sekarang. Bintik-bintik cacar airnya sudah mulai mengering. Sejak kemarin, Fay sudah bisa sekolah dan ujian lagi. Sore tadi, Fay udah bisa main di lapangan kompleks dengan anak-anak lain. Biar tidak berinteraksi secara langsung, Fay sangat senang dengan kehadiran temannya. Fay lari-lari memutar lapangan voli sambil ketawa-ketawa.

Ngomong-ngomong soal main, anehnya kalau sengaja disuruh main di arena mandi bola di mal, Fay justru cenderung pendiam atau pasif dibanding anak-anak lainnya. Misalnya, di undakan-undakan untuk memanjat, atau jembatan gantung, Fay sama sekali tak mau melewatinya. Malah berputar-putar di bawah atau di tengah tumpukan bola.

Tapi giliran ada maunya, pintu pagar besi rumah yang tingginya seleher Fay, dengan mudah dipanjatnya, lalu meloncat ke arah jalan. Padahal, jalan masuk ke halaman rumah cukup curam. Artinya, pintu pagar ke jalan jauh lebih tinggi dibanding pintu pagar ke motor port (plesetan dari carport).

Tuesday, December 07, 2004

Tak Lazim

Fay doyan jajan di warung, memang "sudah biasa". Tapi, pernah dia jajan jajanan yang gak lazim: buku dan spidol gambar. Bilangnya sih "jajan". Soalnya baru kata itulah yang dia pahami kalau minta diantar ke warung. Kalau tidak diantar? Nggaklah (Baca postingan lalu berjudul "Kabur").

Begitu sampai di Warung Nasution (pemiliknya Pak Nasution), dengan diantar ayahnya, Fay langsung memilih buku gambar. Ayahnya sekalian memberinya spidol warna, karena spidol warna di rumah sudah habis.

Di rumah, buku gambar baru itu sebentar saja dia gambari. Setelah itu, dia simpan lagi di tempat favoritnya: tas kertas bergambar "Kartu AS Telkomsel". Ah, ada-ada aja.

Pulang Cepat?

Kali ini, bukan cerita soal Fay, melainkan soal ayahnya Fay. Sudah biasa, setiap Jumat, ayahnya Fay pulang pagi, karena kesibukannya mengapdet Gatra.com (diceritakannya di sini). Ya, pagi, sekitar jam 12.30-an. Bahkan, waktu Ramadhan lalu, pernah dia pulang jam 01.30. Sehingga begitu sampai rumah, langsung saja makan sahur tanpa tidur dulu. Baru tidur, setelah shalat subuh.

Jumat kemarin (3/12), tumben, ayahnya Fay pulang --katanya-- "agak siangan": pukul 23.45 alias jam 12 kurang seperempat! Padahal, waktu itu, saya dan Fay sudah terbuai mimpi, entah sejak kapan.

SMS Fay (lagi)

Siang ini, ayahnya Fay di tempat kerjanya sempat diinterupsi kiriman SMS dari Fay pakai HP saya. Isinya: "SEMUA ADA DI SINI" (yang kemudian saya tambahkan kata-kata "APIH & AMIH").

Memang, Fay siang ini kedatangan kakek (Apih) dan nenek (Amih)-nya dari Jakarta, untuk menengok cucu tercintanya yang sedang beristirahat karena sakit cacar air. Tampak sekali keceriaan Fay, dibanding kemarin, saat Apih-Amihnya datang. Apalagi mereka membawa kue-kue sisa Lebaran dari Jakarta.

Rupanya, Fay merasa perlu membagi kegembiraannya dengan ayahnya yang sekarang sedang sibuk di kantor, dengan mengetikkan sendiri kata-kata lewat SMS tersebut di atas.

Tadi pagi, Fay sempat dibawa lagi ke dokter karena obatnya sudah habis. Kata dokter yang memeriksanya, dibanding penderita lainnya, bintik-bintik merah di sekujur badan Fay terbilang sedikit. Asalkan tidak digaruk, katanya, insya Allah tak akan berbekas. Namun bekas cacar itu berangsur-angsur hilang dalam waktu yang cukup lama. Mudah-mudahan saja kulit Fay kembali mulus seperti sediakala.

Monday, December 06, 2004

Kala Panas Itu Menyerang

Badan lemas memanas, mata sayu memerah, timbul bintik-bintik gatal yang semakin lama semakin banyak. Itulah keadaan Fay sekarang. Menurut dokter, Fay terserang cacar air. Gejalanya ya seperti itulah, disertai bintik-bintik merah yang berisi air dan lama-lama pecah.

Cacar air atau varicella, menurut Bu Dokter ini, adalah infeksi virus varicella zoster --bukan bakteri-- yang sangat menular. Padahal, Senin ini (6/12), Fay harus mengikuti Tes Hasil Belajar (THB) di sekolahnya. Tapi dengan pertimbangan agar Fay bisa beristirahat, dan jangan sampai penyakitnya menular pada anak lain, dengan seizin gurunya, Fay akan mengikuti ujian susulan.

Awalnya yang terserang cacar air ini mamang (om)-nya, sewaktu berada di Pelabuhan Ratu, Lebaran lalu. Kenapa setelah lama baru terserang? Diduga (dan sesuai keterangan dokter), Fay terserang saat kondisi tubuhnya menurun. Saya masih ingat, Fay kecapean sewaktu kabur dari rumah dan berjalan lebih dari 2 kilometer, akhir pekan lalu, saat cuaca hujan gerimis. Setelah sampai di rumah, Fay tampak kecapean.

Besoknya, selain panas, timbul bintik-bintik (masih ada sekitar lima biji) di tubuh Fay. Saya, yang sudah menduga timbulnya penyakit ini, karena pengalaman sebelumnya di Pelabuhan Ratu, segera mengajak ayahnya agar mengantar Fay ke dokter di Citayam --sekitar 7 km dari rumah.

Dokter, waktu itu, masih meraba-raba. Dia bilang, "tunggu saja perkembangannya," sambil memberikan obat antibiotik dan vitamin. Dan benar saja, bintik-bintiknya semakin banyak tanpa bisa disetop.

Kasihan Fay, anak yang tadinya ceria kini layu. Mata Fay, yang tadinya berbinar-binar, kini sayu. Tapi ada yang tak berubah: keinginannya yang kuat untuk keluar rumah, baik itu jajan ke warung atau sekadar berjalan-jalan. Tapi, sabarlah Fay, sekarang terpaksa kamu "dikurung" di rumah, demi kebaikanmu juga.

Friday, December 03, 2004

Majalah Trubus

Selain kesal karena ulah Fay, saya juga kagum sekaligus ketawa sendiri melihat tingkah lucunya. Sewaktu pulang "mudik" dari rumah neneknya di Pelabuhan Ratu, di Terminal Bogor, Fay minta dibelikan majalah Trubus (permintaan yg kurang lazim ya bg anak seumurnya). Tapi tidak kami kabulkan karena buru-buru mengejar angkot.

Ternyata, sampai sekarang dia masih teringat-ingat dengan keinginannya itu. Beberapa kali dia mencoba mengajukan permintaan dg bilang: "Trubus, Trubus". Atau, "Fay mau Trubus". Karena majalah itu tak bisa didapatkan dengan gampang di tiap tukang koran, terpaksa perhatiannya kami alihkan agar tidak teringat keinginannya itu.

Tanpa diduga, Fay "membuat" sendiri cover majalah Trubus yang ditempelkan pada majalah Femina saya. Dengan selembar kertas HVS, dia menuliskan logo "Trubus" di bagian atas dengan spidol biru, dan judul utama di bawah, ditambah gambar buah kedondong dan buah mangga sebagai ilustrasi. Ternyata, imajinasinya hebat juga.

Thursday, December 02, 2004

Loncat Pagar

Ternyata, percuma menggembok pintu gerbang untuk menangkal Fay kabur. Siang tadi Fay bisa memanjat dan loncat dari pagar setinggi satu meter itu. Maunya dia sih jajan ke warung. Tapi karena saya mau mandi, saya gak izinkan.

Entah kenapa, Fay belakangan ini nggak betah di rumah. Hari Sabtu-Minggu, saat ayahnya libur, Fay selalu diajak jalan-jalan pake motor. Tapi itu pun belum cukup baginya. Mungkin harus diajak ke rumah neneknya di Jakarta, biar ada variasi. Pokoknya soal jalan-jalan, bagi Fay, gak ade matinye.

Kabur

Kabur. Itulah kata yang tepat bagi ulah Fay kemarin. Padahal, pintu besi halaman depan biasanya digembok. Sebelumnya, Fay minta jajan ke warung, lalu saya kabulkan. Ia mengambil sebuah permen karet seharga Rp 500. Sesampainya di rumah, saya pikir Fay "sudah aman". Saya asyik memotong rumput di halaman tanpa mengunci pintu kembali. Ternyata, Fay pergi ke luar. Saya pikir, "paling pergi ke warung lagi" (jaraknya hanya 20 meteran dari rumah, di balik belokan).

Ternyata, Fay tidak ada di sana. Saya telusuri sambil tanya-tanya pada orang di kompleks, ternyata Fay mengarah ke jalan raya. Saya terus berjalan, dan terus bertanya, ternyata Fay sudah berjalan jauh ke arah sekolahnya (hampir 1 km dari kompleks). Saya lalu nyegat mobil angkot. Ternyata Fay ketahuan berada di mana coba?

Di depan warung soto dekat Kelurahan Sasak Panjang, jauh melewati sekolahnya. Saya tarik pulang, dia nggak mau. Malah dia ngotot menuju jalan pintas ke Citayam, melewati jalan kampung. Setelah saya paksa-paksa, sampai juga kami di rumah, dalam keadaan badan cape, kaki pegel, telapak kaki sakit karena jepitan sandal jepitnya, dan sandal berlepotan lumpur tanah merah. Fay sendiri santai-santai saja, tak ada tanda-tanda kecapean sama sekali. Saya kesaaaal! Akhirnya kirim SMS ke ayahnya supaya mengontak ke rumah.

Entah bagaimana Fay bisa sampai ke tempat sejauh itu bagi anak seusianya (apalagi dia belum bisa ditanya atau dibilangin). Menurut ibu-ibu di pinggir jalan, anak itu terus berlari. Biasanya dia tak pernah mempedulikan (dan memang belum tahu) kendaraan yang melintas. Meski jalan kampung, di sana kan sering melintas angkot dan sepeda motor.

Kejadian ini bukan sekali ini saja. Awal tahun ini, sewaktu Fay masih terapi di RSCM, Fay pernah lepas dari pegangan saya, lalu kabur entah ke mana. Bisa dibayangkan RSCM ramainya seperti apa, juga lalulintas di depannya (Jalan Diponegoro). Saya telusuri jalan menuju Stasiun Cikini, karena rute pulang memang ke sana. Biasanya, sebelum naik KRL di stasiun, kami suka mampir ke Hero Megaria. Saya masuk ke Hero, berkeliling, tapi Fay nggak ada di sana. Pas keluar dari Hero, muncullah Fay dari arah RSCM, entah dari mana dulu. Maklum, Fay kan belum bisa ditanya. Kemungkinan, Fay berputar-putar dulu di sekitar RSCM, lalu ke Hero menyusuri trotoar. Padahal, di depan LBH dekat jembatan Ciliwung, ada persimpangan. Fay biasanya menyeberang tanpa melihat kiri-kanan dulu. Alhamdulillah, Fay ketemu dengan selamat.

Kejadian lainnya, baru-baru ini, di rumah neneknya di Penggilingan, Jaktim, Fay juga kabur ke warung sekitar 10 meter dari rumah. Kebetulan letaknya sejajar dengan rumah. Tapi bisa dibayangkan, betapa ramainya jalan Penggilingan-Simpang Tiga sekarang. (Padahal, di tempat sama, persis di depan rumah, sekitar tiga tahun lalu, Fay pernah lepas dari pengawasan, lalu loncat-loncat di tengah jalan. Alhamdulillah, sebelum ada kendaraan melintas, Maman, tukang cukur yang bekerja di sana segera menariknya ke tepi).

Memang, kami selalu menerapkan "waskat" (pengawasan melekat) pada Fay; ke mana pun, di mana pun selama 24 jam, Fay selalu kami awasi. Di tempat ramai (mal, misalnya) tangannya selalu kami berdua pegang. Anak satu, diawasi kami berdua, masih kewalahan juga. Kecuali tentunya, selagi tidur. (Berbeda dengan menjaga anak normal, satu ibu bisa membawa empat anak sekaligus jalan-jalan). Tapi kami bukanlah malaikat, sekali-kali lalai atau mata lepas dari Fay, sehingga larilah Fay --yang kadang-kadang terjadi tanpa diduga. Wallahu alam.