"Anak Jalanan"
Fay pantas disebut sebagai "anak jalanan". Bukan anak jalanan istilah yang umum, tapi maksudnya, anak yang senang jalan-jalan (travelling). Contohnya, kemarin waktu berlebaran Idul Adha di Kota Baru Parahyangan, di rumah uwanya Fay.
Kami bertiga berangkat dari Terminal Bus Depok naik bus MGI ke Leuwipanjang Bandung. Dari Leuwipanjang, kami meneruskan perjalanan ke Majalaya untuk menjemput kakek dan nenek Fay. Dari Majalaya, kami bersama-sama ke Kota Baru Parahyangan, di Padalarang, Bandung Barat.
Perjalanan kami menjelang Idul Adha itu bukanlah perjalanan enteng, melainkan perjalanan yang sulit, karena kendaraan yang kami tumpangi berkali-kali dihadang kemacetan lalu lintas. Tapi ajaibnya, Fay tenang-tenang saja, malah menikmati sekali perjalananan. Maklum, "anak jalanan". :D
Dari Leuwipanjang, kami menumpang bus mikro (Colt Diesel atau yang biasa orang sebut "Elf") yang penumpangnya berjejal-jejal. Bahkan sampai ada penumpang yang nangkring di atap kendaraan, ada sekitar 5 orang. Belum lagi yang nangkel (nggandul alias gelantungan) di pintu masuk.
Memang sih kami dapat tempat duduk, karena kami naik duluan saat kendaraan yang "nyodok" (ngambil penumpang di jalan) itu masih kosong. Kami berada dalam kendaraan yang penuh sesak, pengap, dan tersendat-sendat jalannya karena dihadang macet itu sekitar tiga jam. Tapi Fay malah fine-fine saja. Bahkan dia senyam-senyum sambil melihat-lihat pemandangan di luar jendela.
Akhirnya, bus mikro itu pun tiba di Majalaya sekitar jam 19.30 WIB. Setelah makan malam dan istirahat sejenak, kami berangkat ke Padalarang naik mobil kakek, Kijang LX. Perjalanan sejauh 40 kilometeran melewati Tol Padaleunyi itu ternyata ditempuh dalam waktu 4,5 jam! Ruarr biasa macetnya. Sekitar 4 kilometer sebelum pintu tol Padalarang, kendaraan musti merayap, dan berebut antrian dengan kendaraan lainnya. Rewelkah Fay dalam kemacetan yang bikin bete semua orang yang mengalaminya itu? Tidak sama sekali. Fay tampak senang, dan menikmati perjalanan itu, kendati tidak mengenakkan. Dan dia sama sekali tidak tidur di perjalanan!
Akhirnya, setelah berjuang keras mencapai gerbang tol dan melewati pertigaan yang ternyata lampu pengatur lalu lintasnya mati (tanpa adanya polisi) itu, kami pun tiba di tujuan sekitar pukul 01.30 dinihari.
Dua hari kemudian, kami pun pulang ke Sasakpanjang. Kami naik mobil travel X-Trans menuju Pancoran Jakarta. Uwaknya Fay mengantar kami ke pool travel itu di Jalan Pasteur Bandung. Kemudian kami meneruskan perjalanan dengan KRL ke Citayam, disambung motor.
Dalam mobil travel yang relatif nyaman itu, karena ber-AC, duduk bertiga, dan kursinya bisa diatur itu, Fay tentu saja lebih betah lagi. Sepanjang perjalanan, Fay melihat-lihat ke luar jendela dengan gembira.
Baginya, tak peduli menumpang mobil mewah yang nyaman atau mobil angkutan umum yang berdesakan, tampak sama saja: menyenangkan. Yang penting, jalan-jalan. :D
Memang sejak kecil Fay tidak pernah mabok perjalanan. Naik kendaraan apa pun... (kalo naik pesawat sih Fay belum pernah, jadi kami belum tahu apakah dia juga senang naik pesawat. :D). Padahal para sepupu Fay yang tinggal Sukabumi, empat orang boys, sewaktu kecil selalu mabok kalau naik kendaraan.
Beberapa tahun lalu, ketika Fay masih kecil, kami pernah diajak mudik lebaran oleh uwaknya Fay lewat Puncak. Ketika itu kami terjebak kemacetan yang luar biasa. Berjam-jam mobil yang kami tumpangi bergerak setapak demi setapak. Kami sudah khawatir kalau Fay akan rewel dan memusingkan. Ternyata tidak tuh. Fay gembira saja menikmati kemacetan itu...
Justru Fay cuma bete kalau sudah tiba di rumah. :P
Kami bertiga berangkat dari Terminal Bus Depok naik bus MGI ke Leuwipanjang Bandung. Dari Leuwipanjang, kami meneruskan perjalanan ke Majalaya untuk menjemput kakek dan nenek Fay. Dari Majalaya, kami bersama-sama ke Kota Baru Parahyangan, di Padalarang, Bandung Barat.
Perjalanan kami menjelang Idul Adha itu bukanlah perjalanan enteng, melainkan perjalanan yang sulit, karena kendaraan yang kami tumpangi berkali-kali dihadang kemacetan lalu lintas. Tapi ajaibnya, Fay tenang-tenang saja, malah menikmati sekali perjalananan. Maklum, "anak jalanan". :D
Dari Leuwipanjang, kami menumpang bus mikro (Colt Diesel atau yang biasa orang sebut "Elf") yang penumpangnya berjejal-jejal. Bahkan sampai ada penumpang yang nangkring di atap kendaraan, ada sekitar 5 orang. Belum lagi yang nangkel (nggandul alias gelantungan) di pintu masuk.
Memang sih kami dapat tempat duduk, karena kami naik duluan saat kendaraan yang "nyodok" (ngambil penumpang di jalan) itu masih kosong. Kami berada dalam kendaraan yang penuh sesak, pengap, dan tersendat-sendat jalannya karena dihadang macet itu sekitar tiga jam. Tapi Fay malah fine-fine saja. Bahkan dia senyam-senyum sambil melihat-lihat pemandangan di luar jendela.
Akhirnya, bus mikro itu pun tiba di Majalaya sekitar jam 19.30 WIB. Setelah makan malam dan istirahat sejenak, kami berangkat ke Padalarang naik mobil kakek, Kijang LX. Perjalanan sejauh 40 kilometeran melewati Tol Padaleunyi itu ternyata ditempuh dalam waktu 4,5 jam! Ruarr biasa macetnya. Sekitar 4 kilometer sebelum pintu tol Padalarang, kendaraan musti merayap, dan berebut antrian dengan kendaraan lainnya. Rewelkah Fay dalam kemacetan yang bikin bete semua orang yang mengalaminya itu? Tidak sama sekali. Fay tampak senang, dan menikmati perjalanan itu, kendati tidak mengenakkan. Dan dia sama sekali tidak tidur di perjalanan!
Akhirnya, setelah berjuang keras mencapai gerbang tol dan melewati pertigaan yang ternyata lampu pengatur lalu lintasnya mati (tanpa adanya polisi) itu, kami pun tiba di tujuan sekitar pukul 01.30 dinihari.
Dua hari kemudian, kami pun pulang ke Sasakpanjang. Kami naik mobil travel X-Trans menuju Pancoran Jakarta. Uwaknya Fay mengantar kami ke pool travel itu di Jalan Pasteur Bandung. Kemudian kami meneruskan perjalanan dengan KRL ke Citayam, disambung motor.
Dalam mobil travel yang relatif nyaman itu, karena ber-AC, duduk bertiga, dan kursinya bisa diatur itu, Fay tentu saja lebih betah lagi. Sepanjang perjalanan, Fay melihat-lihat ke luar jendela dengan gembira.
Baginya, tak peduli menumpang mobil mewah yang nyaman atau mobil angkutan umum yang berdesakan, tampak sama saja: menyenangkan. Yang penting, jalan-jalan. :D
Memang sejak kecil Fay tidak pernah mabok perjalanan. Naik kendaraan apa pun... (kalo naik pesawat sih Fay belum pernah, jadi kami belum tahu apakah dia juga senang naik pesawat. :D). Padahal para sepupu Fay yang tinggal Sukabumi, empat orang boys, sewaktu kecil selalu mabok kalau naik kendaraan.
Beberapa tahun lalu, ketika Fay masih kecil, kami pernah diajak mudik lebaran oleh uwaknya Fay lewat Puncak. Ketika itu kami terjebak kemacetan yang luar biasa. Berjam-jam mobil yang kami tumpangi bergerak setapak demi setapak. Kami sudah khawatir kalau Fay akan rewel dan memusingkan. Ternyata tidak tuh. Fay gembira saja menikmati kemacetan itu...
Justru Fay cuma bete kalau sudah tiba di rumah. :P
Labels: jalan, mobil, naik kendaraan