Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Tuesday, August 30, 2005

Menolak



Beberapa hari terakhir ini di sekolah, Fay sering menolak sambil meraung-raung (tantrum) untuk melakukan sesuatu. Seperti tadi siang, Fay sampai ditangani dua guru untuk belajar sholat dzuhur. Jumat lalu, Fay malah sempat lari dari sekolah. Bu Tika, guru bantu Fay, sampai kewalahan.

Entah kenapa, Fay jadi tak nyaman lagi di sekolah. Persoalannya, bukan sekolahnya nyaman atau tidak nyaman. Tapi Faynya sendiri. Padahal, waktu berangkat tampak biasa-biasa saja.

Tapi saat diajak ke mal, belanja bulanan sambil "window shopping", Fay begitu semangat. Di perjalanan, Fay tidak pernah "macam-macam". Seusai belanja, "ritual" yang tak pernah ditinggalkannya; bermain mandi bola di arena permainan.

Menurut saya, Fay seringkali menguji, seberapa kuat kita orangtuanya, sekaligus seberapa sabar menanganinya. Mudah-mudahan, senantiasa kami diberi kesabaran. Amin.

Monday, August 22, 2005

Pasang Hiasan 17-an


RAMAINYA pesta menyambut HUT ke-60 Proklamasi Kemerdekaan RI rupanya tak luput dari perhatian Fay. Diam-diam, ia mengguntingi lembaran halaman majalah Gatra -yang "diobrak-abriknya". Karena dia kelihatan asik, kami biarkan saja. Kami hanya mengawasinya.

Ternyata, lepas maghrib, setelah pekerjaannya selesai, Fay mengambil meja TK-nya, lalu naik dan menaruh guntingan-guntingan kertas tersebut pada bentangan tali di atas. Ternyata, baru kami nyadar: Fay tengah membikin hiasan 17-an berupa "bendera-bendera" yang rame. Ayahnya sempat memotretnya, tapi gambarnya belum sempat diaplod di sini.

Kami semakin sadar, bahwa Fay sangat memperhatikan lingkungan sekitar, meski secara kasat mata, teman-teman Fay yang memanggilnya, seringkali tak digubrisnya. Alhamdulillah. Sejak beberapa bulan lalu, setiap keinginan Fay dalam bentuk gesture (seperti menarik-narik), selalu kami tekankan supaya menyampaikannya secara verbal. Sekalian nambah vocab...

Thursday, August 18, 2005

Hapal Al Fatihah


ALHAMDULILLAH, Fay tadi siang di tempat terapi unjuk kebolehan. Ternyata, selama di sekolah Fay diajari baca surat Al Fatihah --yang sudah dihapal anak-anak pada umumnya. Meski pelafalalannya kurang jelas (cadel), Fay bisa menyebutkannya secara lengkap.

Selama ini, Fay baru hapal doa-doa pendek. Seperti doa sebelum makan dan doa sebelum tidur.

Menurut Bu Tika (guru pendamping Fay), Fay diajari baca Fatihah sewaktu anak-anak lain melakukan kegiatan pagi (Shalat Dhuha). Fay untuk sementara, boleh bermain sendiri (kata Pak Udin -gurunya- biar puas bersosialisasi dulu).

Hobinya, berjalan kian ke mari di kelas berbentuk saung/panggung (lihat foto). Atau loncat-loncat. Kata Bu Tika, daripada loncat-loncat, mending diajari baca Fatihah secara lengkap. Syukurlah. :)

PS: alhamdulillah, uang yang digunting Fay berhasil disambung dengan rapi, dan... masih laku dipake transaksi buat ngisi bensin motor ayahnya. :D

Monday, August 15, 2005

Mengguntingi Uang


SAAT saya masak di dapur, Fay lagi asik dengan mainannya, kotak-kotak rokok yang dia modifikasi sendiri. Seperti pernah diceritakan dalam postingan sebelumnya, entah kenapa Fay senang sekali dengan kotak dan merek-merek rokok, padahal ayahnya sama sekali tidak merokok, dan di rumah ini tak pernah ada asap rokok.

Tapi saya merasa tak enak, ketika Fay asik sendirian tanpa suara. Benar saja. Sewaktu saya cek, ternyata dia lagi asik mengguntingi uang! Dua lembar uang dari dompet saya, Rp 20.000 dan Rp 5.000, dia guntingi sampai jadi serpihan memanjang satu sentian. Rupanya, dia sedang membuat "pita cukai rokok", yang ditempel pada mainan kotak rokoknya (alur dalam cukai rokok memang mirip-mirip uang, dan ada nilai nominalnya pula).

* * *

Sampai kelas satu ini, Fay masih belum mengerti mata uang, gunanya uang, dan nilai uang. Kalau membeli sesuatu, selalu kami dampingi. Dia tinggal ngambil apa yang dia perlukan, kami yang membayarnya.

Nyesek juga sih. Tapi apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur (maksudnya, uang sudah menjadi serpihan kertas -yang susah disatukan lagi). Apalagi ayahnya -yang saya kabari- mengatakan, "Sudahlah. Innalillahi saja. Apa artinya dua puluh lima ribu dibanding Fay..."

Gambar uang Rp 20.000: dari sini

Thursday, August 11, 2005

Mengenalkan Diri


GURU Fay -yang menempati kelas "Arqom bin Abi Arqom"- Pak Udin, lewat selembar surat mengenalkan diri pada semua orangtua "teman-teman kecil" (sebutan bagi murid di SD Ruhama).

Guru muda bernama asli Udin Sastranegara itu, selain mengenalkan diri, juga memberitahukan bahwa "teman-teman kecil" perlu dibekali baju ganti yang disimpan di kelas, guna mencegah "hal-hal emergensi". Juga buku tulis, sandal jepit, buku/majalah yang berkaitan dengan pengenalan lingkungan bagi anak-anak, kertas bekas layak pakai (ada bagian kosongnya) untuk menggambar.

Kenapa kertas bekas? Karena guru di sana menekankan pentingnya melestarikan lingkungan. Singkatnya, kalau kita memboros-boroskan kertas, berarti akan banyak sekali pohon yang ditebangi (kertas kan terbuat dari pulp -pohon kayu).

* * *

Sebagaimana diceritakan dalam postingan sebelumnya, Fay mendapat tiga seragam baru dari SD Ruhama. Semuanya berupa baju kurung, celana panjang plus jilbab. Masing-masing, seragam putih-merah, putih-biru dan pramuka (terbuat dari bahan kaos).

Seragam itu masing-masing dipake hari Senin sampai Rabu. Sedangkan Kamis dan Jumat baju muslim bermotif kotak-kotak atau batik (bebas, bukan dari sekolah).

Tadi pagi, Fay minta pakai seragam. Padahal seharusnya pakai baju bebas. Setelah diberi penjelasan sekadarnya, Fay mau juga memakai baju muslim seperti di foto ini.

Tuesday, August 09, 2005

Dulu dan Sekarang


Kalau anak sekolah dulu:

"Upami urang parantos di kelas
Bahamna balem teu kenging nyarios
Panangan sidakep dina luhur meja
Calikna ajeg tinggali ibu guru"


(Lagu yang diajarkan pada ayah Fay waktu ia TK)

Terjemahannya kira-kira: "Sesampainya kita di kelas, tutup mulut nggak boleh bicara, tangan bersedekap di atas meja, duduknya tegak melihat ibu guru."

Kalau anak sekolah sekarang:
Masuk kelas, belajar dengan "bebas". Duduk di lantai, formasi bangku/kursi berganti-ganti; menghadap ke depan, membentuk formasi "U", dikumpulkan di tengah. Murid-murid (lebih sering dipanggil sebagai "teman-teman") boleh berlari-lari di kelas, kalau sudah mengerjakan tugas. Bahkan, ada saatnya diberi kesempatan berjalan di atas bangku (dari bangku ke bangku).

Anak juga bisa protes atau mengungkapkan keberatan terhadap guru -dengan argumennya. Tapi bukannya nggak ada "anak bandel" (berperilaku mengganggu yang lainnya). Hanya saja, guru tidak membentaknya, apalagi menjewernya. Melainkan disuruh berpikir dan mencari solusi masalah ini bersama? Misalnya, "kalo gini, gimana akibatnya?" Sampai anak-anak bisa menyimpulkan sendiri, bahwa perilaku itu tidak baik atau tidak layak ditiru.

(Setidaknya, itulah yang dialami Fay di sekolah barunya).

Foto: Fay dengan teman-teman barunya

Friday, August 05, 2005

Main Drama


PAK guru di SD Ruhama bermain drama. Buat acara 17-an? Ternyata bukan, biar pun sebentar lagi kita merayakannya. Pak gurunya Fay itu tengah menyampaikan satu misi, bahwa anak-anak nggak usah pilih-pilih guru, karena Bapak/Ibu guru sama saja, guru kita semua --lewat drama. Tentu saja, supaya menarik perhatian anak-anak.

Sewaktu snack time (rehat buat makan makanan ringan) di lapangan, anak-anak disuguhi adegan para guru bermain drama. Fay -seperti biasa- cuek aja. Mudah-mudahan dia ngerti apa yang disampaikan (soalnya, biasanya begitu, cuek tapi menyimak).

* * *

O, ya. Alhamdulillah, mulai kemarin, Fay didampingi guru bantu (shadow teacher). Namanya Bu Tika. Ia masih mahasiswa di sebuah perguruan tinggu swasta. Jadi, saya bisa nyantai di masjid, sambil sesekali melihat Fay.

Hari ini tampaknya Fay sudah cocok dengan Bu Tika. Dan Bu Tika pun sudah bisa meng-handle Fay. Mulai acara pagi, berwudhu, shalat dhuha, hingga pelajaran lain berlangsung.

Masalah tulisan, Fay masih dikritik. "Terlalu besar," kata gurunya, Pak Udin. Tulisan Fay memang belakangan ini masih belum rapi, tidak seperti pertama kali ia belajar menulis. Mudah-mudahan motorik halus Fay semakin membaik. Jadi tulisannya pun jadi bagus.

Foto: Berbagai cara dilakukan guru untuk menarik minat anak-anak suka bersekolah.

Tuesday, August 02, 2005

Sekolah Baru


INI hari kedua Fay sekolah di SD Ruhama, Cimanggis, Depok. Hari pertama (Senin, 1/7), hanya perkenalan. Jam pelajaran diisi Pak Udin (guru kelas Fay) dengan bercerita, menyanyi, menari, dan... hadiah (doorprize!). Masing-masing anak dapat "doorprize" berupa makanan ringan. Pak Udin sendiri penampilannya lucu; memakai topi, atau tepatnya "ikat kepala" dengan hiasan gambar apel --sebagai nama kelompok, seraya memainkan boneka tangan anjing-anjingan dalmatian.

Hari kedua, diisi dengan shalat duha di masjid besar samping sekolah dan jurnal (menggambar dengan tema tertentu -Fay sendiri menggambar rumah dan pohon). Ada satu lagi: qiro'ati, yakni membaca Al Quran. Pelajarannya sendiri ada Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab.

Yang menarik, di hari kedua ini, saat mengumpulkan buku catatan plus pensil, Pak Udin bilang, meski pensil sudah pendek, terus pake sampai habis. Begitu pula kertas, jangan dihambur-hamburkan, apalagi dibuang-buang.

Kenapa? "Karena pensil dan kertas berasal dari pohon kayu. Kalau pohon kayunya terus ditebang, bisa habis hutan kita. Akibatnya, bisa banjir," ujar Pak Udin.

Memang kebiasaan baik harus ditanamkan sejak dini, meski saat ini -mungkin- Fay belum mengerti. Tapi, siapa tau?

Foto: Fay & Ibu di antara teman-teman baru Fay.