Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Thursday, July 29, 2004

Joss Kid

Hari ini, Fay nangis di kelas. Penyebabnya nggak jelas. Mungkin bosen belajar, padahal masuk sekolah belum sampai seminggu. Kayaknya tidak senang belajar atau belajar dengan hati sebel. Nggak mau disuruh.

Tapi, begitu pelajaran berakhir, Bu Guru membagikan Joss Kid, minuman anak-anak yang terbuat dari curcuma. Produsen minuman suplemen ini memang jadi "sponsor" di setiap SD. Di tembok kelas bagian luar terpampang tulisan "Selamat Datang Siswa Siswi Baru Tahun Ajaran 2004/2005" dengan logo produk ini.

Alasan Bu Guru sih, Joss Kid ini dibagikan bagi murid yang tulisannya bagus. Kenyataannya, semuanya dibagi rata, seorang satu. Fay pun senang. Ia buka sendiri kemasan minuman serbuk ini dengan mengguntingnya, dan menyeduhnya sendiri. Kalau sudah ada maunya, Fay memang suka melakukannya sendiri. Saya tinggal mengawasi. :)

Wednesday, July 28, 2004

BT

Hari ini Fay benar-benar BT. Sejak bangun tidur, dia sudah menangis (tanpa sebab, dan memang suka begitu). Tapi dia mau sarapan setelah dibujuk-bujuk. Di sekolah, juga sama, BT. Sepulang sekolah, dia minta dibelikan coklat, eee kena baju seragamnya yang putih. Terus di rumah, kosmetik saya habis diacak-acak, dicobain satu per satu. Bener-bener kesel.

Guru Fay, Pak Yunus, menggantikan sementara Bu Ida yang tidak masuk, mengumumkan buku-buku pelajaran yang dibutuhkan di kelas 1. Total harganya Rp 127 ribu. Buku-buku itu masing-masing Bahasa Indonesia (17 ribu), Matematika (15 ribu), Sains (15 ribu), IPS (15 ribu), Agama Islam (15.500), PKN (13 ribu), dan LKS (entah singkatan apa), enam buku masing-masing 6 ribu rupiah.

O ya, pelajaran Matematika --menghitung jumlah gambar-- Fay dapat nilai 100. Tapi giliran menulis angka 1 (padahal gampang sekali), Fay dapat 75. Pasalnya, Fay menulis angka tidak bisa rapi berada di antara dua garis. Tapi, menggambar segitiga yang tampaknya lebih sulit, Fay dapat 100.

Tuesday, July 27, 2004

Belakang

Sewaktu konsultasi dengan dokter Ika, yang diwakili ayahnya, Fay disarankan duduk di bangku paling depan, agar perhatiannya tidak terganggu anak-anak lain, melainkan langsung pada gurunya. Selama ini Fay dan saya memang duduk di bangku pojok-belakang.

Tapi, saya merasa enjoy dengan posisi sekarang, karena Fay ternyata tak terganggu anak-anak lain. Ketika saya bilang "lihat Bu Guru", Fay mau melihat kepada Bu Guru yang lagi menerangkan pelajaran. Selain itu, Fay lebih gampang ditangani kalau duduk di belakang. Buktinya, tadi pagi, waktu Fay mulai merasa bosan di kelas, Fay bisa dihalangi sewaktu hendak lari ke luar kelas, tanpa menarik perhatian anak-anak lainnya.

Hari ini, Fay belajar menulis huruf "b" dan berhitung sampai 5. Fay bisa melakukannya, meski menulisnya belum bisa rapi. Tulisannya selalu ke luar garis buku. *Entah kenapa, susah sekali saya mengarahkannya. Mungkin harus lebih bersabar* :(

Orang-orang Beken

Percaya nggak Fay sekelas sama orang-orang beken? Kenal nama Fadel Muhammad dan Ricky Subagja? Juga ada nama mirip-mirip orang beken, seperti Krisdayanto (maunya Krisdayanti, sayang anaknya cowok:P), Wanda (Hamidah?) dan William (pangeran dari Inggris?). Mungkin orangtua mereka berharap anaknya berkarir seperti idolanya. :)

Terus, hari Minggu kemarin, ayah Fay membelikan Fay kursi dan meja TK, melengkapi kursi TK yang sudah ada. Jadi sekarang Fay punya sepasang kursi kecil dan sebuah meja kecil. Ini sangat membantu saya untuk melakukan terapi bagi Fay di rumah, sebagaimana diajarkan di klinik terapi.

Ternyata, materi terapinya makin hari makin banyak saja. Mulai dari kartu-kartu bergambar binatang dan sayuran, sampai bujursangkar dari tripleks berwarna hitam-putih untuk mencocokkan dengan pola yang sudah ada. Persis seperti yang dilakukan kalau tes IQ. Kebanyakan, ayahnya yang membuatkan, mencontoh dari alat peraga milik terapis. Saya juga sering menggunting gambar-gambar benda untuk ditempelkan di kartu. Biasanya, setelah Fay tidur malam.

Monday, July 26, 2004

Berhitung Sampai 5

Hari ini pelajaran yang diterima Fay adalah berhitung. Caranya, Bu Guru memberi gambar dua bunga, misalnya, untuk mewakili angka dua. Tiga bunga untuk mewakili angka tiga, dan seterusnya. Tapi berhitungnya dibatasi sampai angka lima saja. Fay jelas bisa melakukannya, karena di rumah sudah diajari berhitung, bahkan penjumlahan, hingga lebih dari 10. :D

Sebetulnya, pelajaran akademis yang disisipkan dalam terapi sudah jauh lebih maju. Dan daya tangkap Fay pun sudah lumayan baik. Yang jadi masalah adalah kepatuhan Fay untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Misalnya, di rumah Fay paling doyan berlari-lari atau lompat-lompat (olahraga). Sedangkan di sekolah, saat pelajaran olahraga senam, Fay enggan melakukan gerakan yang dicontohkan.

Bu Guru mengizinkan Fay bolos satu kali dalam seminggu (Selasa) untuk pergi terapi ke Depok. "Saya sangat mengerti kondisi Fay," begitu kata Bu Ida, guru itu, bijak. :)

Di Atas > Di Bawah

Sabtu pekan lalu (24/7), di sekolah Fay ada rapat bagi para orangtua murid. Tapi saya nggak ikut karena harus menjaga Fay yang berlari-lari di luar. Rupanya, pihak sekolah mendengar protes ibu-ibu tentang pembagian tas dll "yang tidak merata".

Meski rapat di dalam kelas, dari pengeras suara terdengar, Pak Usman (guru) mengatakan kepada ibu-ibu yang protes bahwa "tangan di atas" (memberi) lebih baik daripada "tangan di bawah" (menerima). Mustinya, ibu-ibu langsung mengerti bahwa menerima bantuan, meski sebuah tas berharga murah, sudah sangat bersyukur. Jangan lantas ngiri pada anak-anak yang menerima bantuan lebih, karena sepatutnya mereka dibantu. Malah, kalau kita punya rezeki lebih, mendingan kita sendiri yang nyumbang pada mereka yang membutuhkannya.

Friday, July 23, 2004

Ingin Ikut

Kasihan juga Fay pagi tadi. Sewaktu ayahnya pulang kerja semalam, dia sudah tidur. Sewaktu mau berangkat kantor pukul 6 pagi, dia masih tidur. Biar lagi tidur, sewaktu mendengar deru mesin motor, Fay terbangun juga. Tapi telat, ayahnya keburu berangkat. Yah, kecewa dan menangislah dia, meski tak lama. Di sekolah pun di masih bete.

Fay hari ini belajar menggambar segitiga dan bendera merah-putih. Soal menulis atau menggambar (motorik halus), Fay memang agak susah. Memegang pensil atau pulpen saja belum benar. Cara menarik garis pun kebalik-balik. Yang seharusnya dari atas ke bawah (seperti bikin angka "4"), malah dari bawah ke atas. Dokternya Fay, dr. Ika, menyarankan agar di tempat terapi Fay lebih di-drill lagi soal motorik halusnya, terutama dalam menulis.

Thursday, July 22, 2004

Heboh Tas

Hari ini setiap murid SDN Sasak Panjang 01 dibagi satu tas sekolah, satu buku tulis dan satu pensil, sumbangan dari Bank Indonesia. Fay kebagian tas bergambar Snow White warna pink-biru. Eee, ada ibu-ibu yang protes. Katanya, kemarin dijanjikan semua akan dibagi satu tas, 10 buku tulis, lima pensil, satu karet penghapus dan satu rautan pensil. "Kita protes yuk! Kasihan kan anak-anak," seru tetangga sekomplek, Bu Mrd. "Jangan ah, malu," ujar Bu Hartono, tetangga yang lain. Ia tak menggubris ajakan itu. Selama anak-anak belajar --menulis "Kamis 22-7-2004 dan angka 1-- ibu-ibu sibuk dengan urusan tas. Ada yang tak puas, tapi tak berani protes langsung pada guru, ada pula yang saling menukar tas karena merasa warnanya kurang cocok.

Saya pikir, segini juga sudah alhamdulillah, karena diberi tas, buku dan pensil secara gratis. Bersyukur kita masih mampu membiayai pendidikan anak-anak, meski bukan sekolah favorit. Tas plus 10 buku tulis, lima pensil dan lain-lain yang diributkan ibu-ibu itu, ternyata dibagikan hanya pada mereka yang kurang mampu.

Wednesday, July 21, 2004

Beken

Ada yang unik dari keluarga kami. Kalau pembaca sekalian main ke rumah kami, yang letaknya di sebuah kampung tak terlalu jauh dari Ibukota, jangan tanyakan nama "Pak Arief" --panggilan ayah Fay-- atau "Ibu Arief" --panggilan saya di kompleks Sasak Panjang Permai. Tapi, tanyakanlah "di mana rumah Fay"? Niscaya para tetangga langsung maklum dan menunjukkannya. :D Ceritanya, Fay lebih beken dari ibu-ayahnya. ;)

Suami saya pernah nelepon ke rumah tetangga dari kantor, untuk ngasih tau bahwa kabel telepon di rumah kami lupa belum dicolokkan kembali --setelah dicabut karena takut kena petir waktu hujan sebelumnya. Yang nerima, Bu Andri, tetangga lain gang. Ternyata, dia sempat mikir waktu dibilang "dari Arief" untuk "Ibu Arief". Tapi, setelah dibilang "dari ayahnya Fay" langsung dia bilang "ooo. iya, iya. Akan saya sampaikan segera". :P

Kalau kami lagi jalan, naik motor boncengan bertiga, tetangga di kiri-kanan jalan, terutama anak-anaknya, biasanya memanggil-manggil, "Fay, Fay!". Dan seperti biasa, Fay cuek saja. Terpaksa, kami orangtuanya yang menjawab sapaan mereka disertai lambaian tangan. :) Ternyata, bukan saja di komplek, di kampung pun, ada yang menyapa nama anak kami, padahal kami sama sekali tak mengenal orang itu.  

 

Tas dari BI

Hari kedua Fay belajar di SD (seharusnya ketiga, tapi kemarin bolos untuk terapi), SD Negeri Sasak Panjang 01 kedatangan tamu dari Bank Indonesia (BI) Jakarta. Mereka datang untuk memberi bantuan pendidikan bagi siswa yang orangtuanya kurang mampu. Bantuan itu berupa tas dan alat-alat tulis, serta biaya pendidikan Rp 80 ribu/siswa untuk delapan bulan --untuk 130 anak.

Ternyata mereka berubah pikiran. Lho? Dengan pertimbangan pemerataan, akhirnya bantuan tas dan alat-alat tulis itu diberikan pada setiap siswa yang jumlahnya mencapai 400-an anak, termasuk Fay! Kecuali, uang Rp 80 ribu untuk biaya pendidikan delapan bulan yang langsung dibayarkan ke sekolah, khusus diberikan bagi siswa kurang mampu.

Hari ini, Fay belajar menulis "hari, tanggal, bulan dan tahun" (Rabu, 21 Juli 2004) dan angka 0. Soal nulis, Fay sih udah biasa. Tapi, cara menulisnya ternyata belum benar, di samping belum rapi (suka melewati garis-garis di buku). Seperti angka "4" atau huruf "B", Fay menarik garis bukan dari atas dulu, melainkan dari bawah. Bu Guru berusaha menyeragamkan cara penulisan yang benar. Fay juga dapat PR menulis angka 0 sebanyak lima baris.

Di kelas, Fay sempat minta keluar, tapi begitu saya larang, dia tidak ngotot seperti biasanya. Murid-murid hari ini dibagi baju batik dan kaos olahraga, seperti dijanjikan waktu pendaftaran.

O, ya. Tadi pagi, saya sempat lupa kalau Fay masuk siang (pukul 9.45) untuk minggu ini. Padahal, ayahnya sudah mendropnya di halaman sekolah jam 7. Jadinya, kami balik dulu ke rumah *jaraknya sekitar 700 meter*, sekalian menyelesaikan sarapan Fay yang tertunda.;)


Tuesday, July 20, 2004

Ngambek

Hari ini, Fay sempat ngambek. Pasalnya, sewaktu mau berangkat terapi ke Depok, dia lagi asyik memasuk-masukkan barang ke dalam tas kerja ayahnya, termasuk tas tangan saya. Begitu diajak pergi, Fay ngotot membawa tas kerja itu, tapi saya larang. Dengan mimik muka hampir menangis dia terpaksa pergi tanpa tas itu.
 
Tapi, sesampainya di tempat terapi, Fay langsung ngambek, menangis dan tiduran di lantai teras. Mengetahui Fay ngambek seperti itu, padahal sebentar lagi mau belajar, Bu Kiki, terapis, sempat bingung. Tak lama kemudian, dia pun masuk, dan muncul lagi membawa sebungkus kue. Melihat iming-iming kue, spontan Fay berhenti menangis dan mau diajak masuk ke ruang terapi. :D Tapi, dasar awalnya ngambek duluan, terapi pun tidak berjalan lancar, karena mood Fay sedang tidak bagus.

Monday, July 19, 2004

Hari Pertama Sekolah

Fay sekarang sekolah di SD. Kebetulan, guru kelas 1 SDN Sasak Panjang 01 tempat Fay bersekolah, Bu Ida, masih tetangga dekat satu komplek. Jadi beliau tahu betul "slah"-nya Fay. 
 
Hari pertama sekolah, Senin (19/7), Fay  mengenakan seragam putih-putih ditambah topi dan dasi merah. Lucu, deh. Sewaktu diantar ayahnya pakai motor --tentu saja bersama saya-- Fay mulanya tak mau turun di depan sekolah itu, sebab biasanya tidak sekolah di sana. Akhirnya, setelah dibilang bahwa ini sekolah Fay sekarang, akhirnya Fay mau juga turun.
 
Sebelum mulai Masa Orientasi Siswa (MOS), berupa pengenalan siswa terhadap lingkungan sekolah, murid-murid baru berbaris di lapangan untuk upacara bendera. Tapi, saya dan Fay memilih berteduh di emperan sekolah :). Pasalnya, kalau ikut berbaris, belum tentu Fay mau diam. Lagi pula, gurunya tidak keberatan kalau Fay tidak ikut upacara.
 
Karena banyaknya pendaftar, yakni 83 murid, kelas pun dibagi dua: 1A dan 1B. *jangan bandingkan dengan sekolah swasta yang jumlah murid per kelasnya irit*. Fay kebagian kelas 1B. Jam belajarnya, pukul 09.45-12.15. Bangkunya pun kebetulan dapat paling belakang. Jadi, bisa duduk bersama saya, ibunya, bersama seorang anak lainnya. Lho?
 
Memang, sejak awal disepakati bahwa Fay masuk sekolah didampingi ibunya. Termasuk di dalam kelas. Sebab Fay belum bisa dibiarkan sendiri di kelas yang hanya diawasi seorang guru. Untunglah, kepala sekolah dan guru menyanggupinya. Itu pun sifatnya sementara, sambil menunggu penerimaan siswa baru SDIT (SD Islam Terpadu)  Ruhama di Perumahan Jatijajar, Cimanggis, Depok, tahun depan.

Wednesday, July 14, 2004

Tenggang Rasa

Tak ada tenggang rasa. Itulah yang terbayang di benak saya kalau naik KRL Jabotabek. Fay memang sering diajak naik angkutan massal ini, dari Stasiun Cikini sampai Citayam, sewaktu masih terapi di RSCM. Kemarin (13/7), sewaktu ke rumah neneknya di Penggilingan, Fay juga diajak naik KRL dari Depok Baru ke Tebet. Perjalanan disambung dengan Mikrolet dan Metro Mini.

Siapa yang tak bertenggang rasa? Ya mereka, para penumpang lelaki atau bapak-bapak yang masih kuat. Melihat kita kerepotan bawa barang dan anak, mereka enak-enak saja duduk. Jangankan berdiri, geser sedikit memberi tempat duduk bagi anak pun ogah. Malah, kebanyakan tidur (atau pura-pura tidur?). Lebih parah lagi, kalau lelaki itu seorang anggota militer, sudah tidak bayar, duduk pula dan membiarkan ibu-ibu yang membawa anak berdiri. Memang, di KRL jarang sekali menemukan tempat duduk kosong, termasuk saat jam-jam sepi penumpang.

Tapi pada perjalanan kemarin, syukurlah, Fay tidak macem-macem. Ia anteng saja berdiri sambil berpegangan. Naik KRL memang salah satu kesukaan Fay, karena di sana banyak yang bisa dilihat. Mulai dari para pedagang, termasuk tukang teh botol (sruppppt..nyam..nyam) sampai pengamen yang heboh dengan peralatan band sederhananya.

Teman-teman Fay, ada nggak yang suka naik KRL?

Tuesday, July 13, 2004

Berhitung

Soal berhitung sederhana, seperti penjumlahan di bawah 10, Fay sudah bisa. Tapi, kalau sudah muncul malasnya, dia langsung menghindar.

Seperti waktu terapi tadi siang. Sewaktu Bu Leni (terapis) menyuruhnya berhitung, Fay bisa melakukannya. Tak lama kemudian, dia kabur dari ruangan terapi.

Akhirnya saya bilang, di rumah juga suka begitu. Kalau sudah muncul penyakit malas berhitungnya, biasanya dia langsung lari ke kamar, telungkup di kasur.

Cara mengajar berhitungnya terbilang unik. Mulanya, kartu-kartu berisi dot-dot (titik-titik) berjumlah 1 sampai 10, ditunjukkan pada Fay. Dia disuruh menghitung, ada berapa titik. Lalu dikombinasikan. Misalnya satu titik dan dua titik berapa? Jawabnya, dua. Tiga dua? Lima. Empat empat? Delapan. Dan seterusnya. Kata "tambah" dan "kurang", belum diperkenalkan. Hanya dua angka berturut-turut, yang berarti "menambah".

Soal pengenalan benda (misalnya, sayuran, buah-buahan, binatang) lewat kartu yang ditunjukkan secara sekilas (flash card), Fay juga sudah menguasai. Masalahnya ya itu. Suka malas dan moody.

Biar nggak malas lagi, menurut terapis sih, harus sedikit dipaksa. Karena diiming-imingi makanan (seperti kue atau kripik) sebagai reward, sudah tidak mempan lagi.

Monday, July 12, 2004

Menu

Soal makan, Fay tidak susah, asalkan menunya cocok. Yang susah, mencari menu yang cocok bagi dia. Sebab dia cepat sekali berubah kesukaan. Misalnya, pagi diberi sayur sop, mau. Siang diberi sop lagi, mau. Tapi sore atau malam, belum tentu dia mau. Harus dicari lagi menu yang lain.

Menu favorit Fay: Kecap :D (www.bonjourgourmet.com)Kalau makan, Fay masih disuapi. Sebenarnya dia sudah bisa makan sendiri, meski megang sendoknya belum benar. Tapi bakalan heboh, sebab nasi bisa berceceran ke mana-mana. Lucunya, kalau makan pakai sendok, tangan kiri turut bekerja. Sendok di tangan kanan, tangan kiri memungut nasi/lauknya, lalu ditaruh di sendok. Baru...ammm!

Menu favorit Fay, seputar sayur sop, soto, ikan (laut/empang) yang digoreng kering, perkedel jagung/kentang (tapi sekarang tidak boleh pake telor, sebab menurut tes darah, ternyata dia alergi berat telor), otak-otak, goreng ayam, termasuk pecel lele. Semuanya tidak pedas, karena kalau tidak, lebih banyak minumnya ketimbang makannya. Atau makannya mogok sama sekali. Dan pakai...kecap nomor 1 (emangnya ada yang nomor dua?). :D

Friday, July 09, 2004

Karya Fay

Temen-temen Fay, ini gambar-gambar karya Fay yang lainnya: :)

gambar hasil coretan fay, lho (repro: edo)

gambar hasil coretan fay, lho (repro: edo)

gambar hasil coretan fay, lho (repro: edo)

gambar hasil coretan fay, lho (repro: edo)

Dua gambar terakhir, kata dokternya Fay, sebaiknya diberi pigura dan dipajang, biar dia bangga. Ternyata lebih dari itu, malah dipajang di blog, sampai temen-temen di seluruh dunia tau. :P

Thursday, July 08, 2004

Renang

Berenang adalah kegiatan favorit Fay. Kalau diajak ke kolam renang, senangnya bukan main, meski susah diajari untuk mengepakkan kaki atau tangannya. Padahal, dokter sangat menyarankan belajar renang sebagai salah satu kegiatan terapi, khususnya koordinasi antara tangan dan kaki. Tapi, tak apa. Yang penting, senang bermain-main dengan air dulu tanpa rasa takut.

Rasa takut? Justru itu yang bikin saya ngeri. Fay malah tak kenal takut. Kalau liat kolam renang, maunya langsung nyebur saja, tanpa peduli dalam atau tidak baginya. Mungkin dia belum mengerti. Sepasang pelampung kecil yang melingkari kedua lengan Fay, tampaknya cukup aman untuk membuatnya tetap mengambang. Selama di air, Fay tak henti-hentinya ketawa-ketawa sambil menyerocos dengan kata-kata yang kedengarannya ditiru dari bahasa iklan televisi.

Ngomong-ngomong soal aktivitas fisik, Fay memang seperti tak kenal lelah. Setiap saat, setiap ada kesempatan, Fay selalu ingin berlari dan berlari. Kamilah yang kerepotan karena harus selalu mengejar-ngejarnya. Di sekolah, berlari. Di sekitar rumah, berlari. Bahkan sebelum tidur pun, harus loncat-loncat dulu di kasur, sampai sekujur badan keringatan. Baju pun harus diganti baru.

Melihat tayangan "Buka Mata" (7 Juli lalu) di TransTV tentang panjat tebing bagi anak-anak, saya tertarik juga untuk memasukkan Fay dalam kegiatan itu. Soalnya, di rumah pun, tak ada benda yang tak dipanjat. Mulai dari meja makan sampai lemari pakaian yang cukup tinggi. Tak ada benda yang tak bisa dijangkau, karena dia bisa menggunakan alat bantu kursi atau meja untuk meraihnya. Orang Betawi bilang, energi Fay gak ada matinye. Ibu dan ayahnyalah yang kerepotan dan kecapean dibuatnya. :)

Wednesday, July 07, 2004

Kreativitas Fay

Sering menjengkelkan, tapi lebih sering tersenyum melihat tingkah polah Fay. Belum lama ini, Fay suka sekali sama segala sesuatu yang berhubungan dengan kalender. Termasuk bikin kalender sendiri. Ini dia gambarnya:
Kalender bulan Juli, Agustus, September karya Fay (Repro: Edo)

Melihat gambarnya, tampaknya Fay membuat karya seperti lazimnya kalender: gambar (rumah hasil coretan crayon) di bagian atas dan bulan beserta tanggal di bagian bawahnya. Tulisan bulan (July, August dan September) diguntingnya dari koran, lalu direkatkannya dengan isolasi. :D

Masih tentang kalender. Suatu malam, saya perlu alat peraga untuk belajar/terapi berupa body part (gambar bagian tubuh). Melihat kalender tua yang ada gambar artis Feby Febiola, kugunting saja bagian matanya untuk keperluan itu.

Apa yang terjadi?

Esok paginya, melihat kalender kesayangannya sudah tergunting, Fay tidak protes, melainkan sibuk menyiapkan gunting, isolasi dan potongan kertas untuk mereparasinya. Ternyata, lucu juga! Gambar Feby-pun jadi cantik kembali dengan hiasan mata buatan dengan gambar pensil, lengkap dengan bulu-bulu matanya yang lentik. :)) Saya dan ayahnya hanya tertawa geli melihat tingkah polah Fay.

Tuesday, July 06, 2004

Lagu Plesetan

Ada-ada saja ulah Fay. Sebenarnya, dia sudah pandai menyanyikan lagu Satu-satu, Dua Mata Saya dan Naik Kereta Api. Tapi, dia malah mengombinasikan petikan syair dari ketiga lagu itu jadi:

"Aku sayang ibu
Dua kaki saya
Tidak berhenti lama."


"Aku sayang ibu" diambil dari lagu Satu-satu, "dua kaki saya" diambil dari lagu Dua Mata Saya, dan "tidak berhenti lama" diambil dari lagu Naik Kereta Api. Lagu plesetan itu biasanya dinyanyikan pada saat-saat tertentu. Sebelumnya, dia suka melontarkan ungkapan "sama nyama" (entah apa artinya) dan "sundu duwu" (maksudnya, tunggu dulu).

Di tempat terapi, tiba-tiba muncul lagi gejala "nggak mau napak di lantai". Sepertinya, ada sesuatu di lantai. Sampai kaki terapinya, Bu Kiki, dia injak biar tidak menapak di lantai. Akhirnya, Bu Kiki berinisiatif melakukan belajar/terapi sambil duduk lantai, dan menyingkirkan segala benda yang dijadikan tempat dia menapak.

Yah, begitulah Fay. :D

Thursday, July 01, 2004

"A Greeting" from Fay

My first graduation from TK Baitussalam (photo studio)Hi, my name is Fairuz Khairunnisa'. My nickname is Fay. Fairuz means "emerald", and Khairunnisa means "the best female". I think, this is my parent's hope for their first lovely child.

I am six years and four months old girl, and just graduate from Baitussalam's Kindergarten School, Kalisuren, Bogor Regency - Indonesia.

I live at Sasak Panjang Permai J4/20, District of Bojonggede, Bogor Regency.

When I was 2, I was diagnosed that I am an autistic girl. But I feel allright, because I can do everything I want --in my parent's supervision.

Now, I am able to write, read, draw and sing --except communication in verbal language. My therapists at Awlad Tsabita Clinic in Depok, drill me to do what I have to do, knowing everything, socialization and learning basic academic skills.

So far, I have many progress. My vocabularies progresses day by day. So, I hope my Ibu (Mom) and Ayah (Dad) not to worry anymore about me.:) I BELIEVE, INSYAALLAH, I CAN MAKE IT!

Fay