Amazing Fay

Catatan Harian Fairuz Khairunnisa'

Saturday, March 25, 2006

Mimpi Ibu-Ayah Fay

Belum lama ini, kami ketimpuk estafet mimpi (baton) dari Amah Gendhis lewat sutbok-nya Fay.

Sebetulnya tidak banyak sih mimpi kami, terutama yang berkaitan dengan Fay. Mimpiku (lebih tepatnya, harapan), adalah sbb:

1. Fay semakin mengalami kemajuan sampai bisa hidup mandiri di usia dewasanya, sebagaimana kehidupan normal lainnya.
2. Punya rumah yang layak huni, tempat kami membesarkan Fay, serta perpustakaan pribadi dengan koleksi buku lengkap [apalagi Ibu hobinya baca, mudah-mudahan Fay juga]. :D
3. Bisa berbagi pengalaman (termasuk menimba pengalaman) dalam menangani anak autis seperti Fay. Kalau bisa, mendirikan klinik terapi sendiri.
4. Ibu bisa punya pekerjaan (profesi) yang bisa dilakukan di rumah dengan penghasilan yang bisa diandalkan. Apa ya yang cocok? Penulis atau penerjemah, 'kali. Hehehe. Dan juga, bisa berenang. Kapan ya bisa belajar? :D
5. Yang terpenting, selalu berada dalam hidayah-Nya. Bahwa manusia itu tidak ada daya dan upaya, kecuali Allah menghendaki.

Sekian dulu mimpinya, yang akan kami estafetkan pada siapa saja yang membaca jurnal ini. Salam! :D

ditulis oleh Ayah

Wednesday, March 22, 2006

Subhanallah!

Pagi tadi, seperti biasa, Ayah mengantar Fay sekolah, hingga "serah-terima" pada Bu Tika, guru bantunya. Atau, kalau ia belum datang, pada guru yang bisa "dititipi" Fay [maklum, tanpa pengawasan orang dewasa, bisa saja Fay tiba-tiba pergi entah ke mana].

Tapi di kelas belum kelihatan Bu Tika. Pak Udin (guru kelas) pun belum ke kelas. Mungkin masih di ruang guru.

Akhirnya Ayah menunggu di depan kelas, persis di depan pintu masuk. Jadinya, bisa melihat Fay yang lagi main bersama teman-temannya.

Seorang temannya, Alif, menyuruh Fay duduk di depan whiteboard. Sementara teman lainnya, Hani, mengamatinya dari belakang Fay.

Bak seorang guru, Alif membuat soal matematika. "Berapa 12 ditambah 3?" ujarnya, sambil menuliskannya di whiteboard dengan spidol hitam. Fay pun menulis jawabannya, 15. "Wah benar, Fay bisa menjawabnya!" seru Hani.

Akhirnya, soal demi soal "versi bapak guru cilik" pun mengalir. Dan satu per satu dikerjakan Fay dengan benar [ya terang aja, matematik Fay kan udah sampai penjumlahan/pengurangan angka ratusan]. Beberapa temannya yang kemudian berdatangan, menyemangati Fay untuk mengerjakan soal itu.

Tapi bukan itu yang membuat Ayah terharu. Ternyata, teman-teman cilik pun bisa "ngemong" Fay. Padahal rata-rata usia mereka masih 6 - 7 tahunan. Sedangkan Fay sudah 8 tahun {paling tua}. Tapi mereka tampak dewasa sekali.

Selain itu, Fay pun jadi bisa berinteraksi dengan teman sebayanya. Karena memang mereka yang aktif, dan bisa memancing Fay menyenangi permainan mereka.

Bahkan, ketika Pak Asep lewat, Hani dengan polosnya laporan: "Pak, Fay pintar. Bisa menjawab soal-soal."

"Subhanallah!" kata Bapak Guru itu. :)

Thursday, March 16, 2006

Bakat Berhitung


TAK disangka, Fay ternyata keliatan berbakat dalam Matematika. Waktu terapi kemarin, Fay bisa menyelesaikan soal-soal penjumlahan dan pengurangan dua angka hingga ratusan, tanpa angkanya diurut ke bawah! (seperti kita dulu melakukan penjumlahan/pengurangan, biar lebih memudahkan)

Tapi Fay hanya mencontreng angka yang jumlahnya melebihi 10 hanya dengan melihat ke samping. Mungkin, kalau sudah "klik" (connect dengan otaknya), gambarannya sudah terbayang di otaknya. Soal-soal yang sulit bagi anak seusianya pun, seolah gampang baginya. :D

Yang mengejutkan lagi, pelajaran Matematika di sekolahnya memang sampai ratusan, tapi belum mencapai angka yang jumlahnya melebihi 10. Seperti ada unsur 7 ditambah 5 (kan jumlahnya 12, diambil dulu satuannya/2). Jadi, pelajaran Fay di tempat terapi sudah jauh lebih dulu dibanding sekolahnya.

"Wah, Fay ini 'anak' saya yang paling pintar," puji Bu Wati, terapisnya, Selasa kemarin.

Meski tampaknya menonjol di Matematika/berhitung, ada kelamahan Fay, yakni di memori dan auditori. Misalnya, kalau Fay didiktekan untuk menulis sederet kata-kata sesuai permintaan, dari 10 soal, cuma satu yang benar. Ini yang perlu terus di-drill di terapi. Jadi, Fay sulit dalam mengerjakan soal yang didiktekan.

Juga dalam kemampuan mengingat (memori), Fay susah mengingat kembali terapis yang sudah 3 bulan tidak ketemu, misalnya. Ia suka lupa, tapi bisa tiba-tiba ingat pelajaran yang sudah lama sekali pernah diajarkan.

Memang, kata konsultan SDM, anak itu sebaiknya diarahkan pada bidang yang sesuai dengan bakatnya --hasilnya akan luar biasa. Tapi kalau bukan bakatnya, meski dilatih sekuat tenaga, hasilnya akan average (rata-rata) saja. Contohnya: saya bisa menyanyi tapi tak sebaik Krisdayanti. Meski kursus nyanyi hingga ke mancanegara, hasilnya akan rata-rata saja.

Jadi, apa perlu Fay diberi latihan atau kursus tambahan di bidang Matematika? :)

Foto: Fay sedang tekun (© OmWiku) :D

Monday, March 13, 2006

Sambel a la Fay

Sore kemarin, Fay asik sendiri di dapur. Ia menyuruh Ayah dan Ibu menjauh, sama sekali tak boleh mengintip ke dapur.

Ternyata apa yang dilakukannya? Ayah yang pertama memergoki cobek sudah terisi dengan bahan "sambal" a la Fay.

* cabe merah 1 buah
* cabe hijau 1 buah
* merica 1 sdt
* kopi 1 sdt

Kopi??? Sejak kapan sambal pakai kopi? Itulah sambel a la Fay. Pokoknya wadah-wadah yang ada di dapur, isinya dicobain semua. Fay, Fay, ada-ada aja. :))

Friday, March 10, 2006

Kado Ultah dari Kak Afifah

Fay dapat kejutan. Seorang kakak kelasnya, Kak Afifah, mendatangi Fay di kelas, lalu menyerahkan kado ulang tahun: sebuah buku diary kecil yang pakai kunci! Wah baik sekali.

Udah gitu, Kak Afifah pake minta maaf segala, karena katanya, kadonya telat. Justru kami senang, ada kakak kelas yang memperhatikan Fay. Fay sendiri tampak cuek aja dengan hadiah itu. Mungkin belum tau, untuk apa fungsi buku diary itu.

Begini isi kartu ucapannya: "Selamat Ulang Tahun Fay, semoga kamu akan menjadi anak yang berbakti kepada orangtua. Maaf kadonya terlambat untuk Fay".

Oya, selain Kak Afifah, Mamang (Om) Ucep (adik Ibu) juga ngasih kado berupa karpet karet puzzle bertema transportasi (berpola gambar kendaraan). Tapi begitu terima kado yang tidak dibungkus itu, Fay langsung minta dibungkuskan dengan kertas kado. Mungkin, sudah berpola, baginya, kado ultah musti dibungkus kertas kado. Terima kasih Mamang. :)

Hadiah Tante Amerika

Ibu kedatangan tante dari Amerika, Tante Fithri, sewaktu Fay masih di sekolah, pekan lalu. Tante Fithri adalah sepupu Ayah. Ya, Tante Fithri pantas disebut Tante Amerika, karena memang tinggal dan bekerja di Negeri Paman Sam itu. Kebetulan, sekarang sedang cuti, dan menyempatkan diri mampir ke rumah kami di Sasakpanjang --meski sempat nyasar-nyasar.

Dari Tante Amerika, Fay dapat oleh-oleh puluhan coklat putih, kue bolu, plus dua album nasyid anak-anak. Yang terakhir ini, Ibu yakin, itu titipan dari ibunya Tante Fithri.

Kalau sekarang sih, coklat dan bolunya sudah habis. Tinggal album nasyidnya yang bisa didengarkan Fay pakai walkman hadiah dari Ayah. :)

Wednesday, March 01, 2006

Syukuran di Sekolah

Hari Senin (27/2) Fay, bersama teman-teman dan gurunya -sesuai permintaan Fay- melakukan syukuran ulang tahun ke-8. Pagi hari, Fay kami drop dengan pernak-pernik ultah, seperti lilin angka 8, topi-topi dari kardus dan piring-piring kertas.

Kami lalu ke toko kue, membeli dua kue ultah.

Sayang sekali, kami -Ibu dan Ayah- nggak sempat menghadiri syukuran itu, karena Ayah harus segera ke kantor.

Jadinya, Fay, didampingi Bu Tika, dan guru kelas Pak Udin, serta teman-teman semuanya, melakukan acara ultah, seusai acara snack time.

Menurut Bu Tika, acara dibuka dengan do'a, tiup lilin, lalu memotong kue, yang dibagikan kepada teman-teman.

Ada yang menarik. Kata Bu Tika (Fay sendiri belum bisa bercerita), Fay membagi-bagikan topi ultah, sekaligus memakaikannya di kepala teman-temannya. Malah, seusai acara, Fay memasukkan topi-topi itu ke masing-masing tas teman-teman.

Rupanya, lewat acara ini, Fay melakukan apa yang disebut berbagi. Tapi Fay ketagihan memakai topi (tepatnya semacam ikat kepala dari karton) bergambar donal bebek itu.

Hingga waktu shalat zuhur, Fay masih juga mengenakannya. Sampai Bu Tika menyuruh melepasnya sementara. Tapi seusai shalat, Fay kembali menuntut topi itu dengan mengatakan, "topi, topi".


Semoga di usia delapan tahun ini, semakin banyak kemajuan yang dicapai Fay, dalam akademis, dan juga sosialisasi. Amin. :)